62 Tahun Sejak 19 Desember 1961 POAP Mati Dan Musnah Perlahan-Lahan Dalam Indonesia Yang Didukung Amerika Serikat
Fakta: Para Senior pembawa malapetaka
“Alm. Prof. Dr. B.J. Habibie pernah mengatakan: “Kamu bisa mengalahkan 30 orang pintar dengan 1 fakta, tapi kamu tidak bisa mengalahkan 1 orang bodoh dengan 30 fakta sekalipun.”
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman, MA
Pada Jumat, 4 Agustus 2023, jam 7:33, ada anak muda yang bernama Yaniki Kogoya menulis keyakinannya dan membagikan seperti saya kutip ini.
“Sekedar info singkat untuk Teman-teman, adik-adik yang belum dapat kerja, kita semua mengucap syukur kepada Tuhan karena abang-abang senior kita sudah berjuang keras pemekaran Provinsi Papua Pegunungan agar adik- adik bisa kerja dan ikut tes CPNS bulan September 2023, jadi teman-teman-adik-adik mulai sekarang siapkan diri untuk melengkapi persyaratannya. Setelah dapat hasil kita kerja lebih luas lagi di daerah kami. Terima kasih atas kerja sama dan membacanya. Saya anak salah satu anak pendukung penuh 3 DOB. (By Yaniki Kogoya )
Tulisan ini mewaliki sebagian suara Penduduk Orang Asli Papua (POAP) yang sudah dilumpuhkan kesadaran dan sedang menikmati kepalsuan ideologi dan nasionalisme.
INGAT! Anak muda, Abang-abang seniormu itu berjuang bukan untuk kebaikan dan keselamatan. Abang-abang seniormu itu memperjuangkan dan melanggengkan musibah dan malapetaka besar untukmu dan seluruh Penduduk Orang Asli Papua Barat.
Abang-abang seniormu yang Anda banggakan itu mendukung dan memperkuat Program Pemekaran Provinsi-Provinsi Boneka yang dirancang Militer dan Kepolisian Indonesia dalam rangka Operasi Militer Gaya atau Metode baru.
DOB Boneka itu untuk pendudukan, penjajahan, untuk kepentingan militer, kepentingan untuk memindahkan penduduk Indonesia dari 273juta jiwa ke Tanah Papua Barat dan kepentingan ekonomi, bukan kepentingan Penduduk Orang Asli Papua Barat.
Sebaiknya berdoa kepada TUHAN, ampunilah Abang-abang senior atas kesalahan fatal yang membawa musibah dan malapetaka rakyat dan bangsa Papua Barat. Bangsaku akan punah ditangan bangsa kolonial modern Indonesia. Berilah kami hikmat dan jalan keluar, supaya bangsa ini tidak punah dari Tanah leluhur kami.
BUKAN “…..kita semua mengucap syukur kepada Tuhan karena abang-abang senior kita sudah berjuang keras pemekaran Provinsi Papua Pegunungan….”
POAP mengucap syukur dalam hal apa ini?
Anak yang mengucap syukur, baca baik-baik fakta yang saya tulis ini, supaya tidak hidup dalam ketidaksadaran, kelumpuhan dan kepalsuan dalam ideologi bangsa kolonial modern Firaun dan Goliat Indonesia.
Belajar juga dari Barnabas Suebu,SH yang akrab dipanggil Kaka Bas, menyatakan penyesalannya seperti dikutip ini.
Saya sebagai orang Papua menyesal bergabung ke Republik Indonesia ini karena pemerintah bersikap diskriminatif terhadap warganya. Saya tidak terbukti satu sen pun melakukan korupsi, tidak terbukti di pengadilan. Saya di zolimi. Jadi saya menyesal dengan putusan ini.
“Tidak terbukti, satu sen pun, saya tidak mengambil uang negara. Tidak terbukti di pengadilan. Saya dizolimi. Jadi, saya menyesal. Tulis itu ya. Tulis itu. Jangan kamu takut tulis. Saya menyesal bergabung dengan Republik Indonesia.”Selasa (7/11/2017).
“DOB ADALAH SURGA BAGI ORANG PENDATANG MELAYU TETAPI API NERAKA BAGI PENDUDUK ORANG ASLI PAPUA”.
DOB Boneka Indonesia 100% bukan untuk Penduduk Orang Asli Papua.
Karena, Jenderal (Purn) TNI Prof. Dr. Ir. Drs. H.Abdullah Mahmud Hendropriyono, S.T., S.H. S.E., S.I.P., M.B.A., M.A., M.H., dan Jenderal Polisi (Purn) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A, Ph.D., mengatakan: DOB itu kepentingan militer, intelijen, politik untuk meredam pergerakan Papua Barat merdeka.
Jenderal (Purn) TNI Prof. Dr. Ir. Drs. H.Abdullah Mahmud Hendropriyono, S.T., S.H. S.E., S.I.P., M.B.A., M.A., M.H. mengatakan:
“Kalau dulu ada pemikiran sampai 7 provinsi. Yang diketengahkan selalu syarat-syarat untuk suatu provinsi. Yah, ini bukan syarat suatu provinsi, syarat untuk meredam pemberontakan. Itu. Ini masalah keamanan dan masalah politik. Bukan begini. Ini masalah keamanan dan masalah politik. Jadi, syarat-syarat administratif seperti itu, ya, nanti kalau sudah aman bikin syarat-syarat administratif. Begitu loh. Tidak sampai dua juta pak. Seluruh Irian, tidak sampai dua juta. Makanya saya bilang, usul ini, bagaimana kalau dua juta ini kita transmigrasikan. Ke mana? Ke Manado. Terus, orang Manado pindahin ke sini. Buat apa? Biarkan dia pisah secara ras sama Papua New Guinea. Jadi, dia tidak merasa orang asing, biar dia merasa orang Indonesia. Keriting Papua itukan artinya rambut keriting. Itu, itukan, istilah sebe1tulnya pelecehan itu. Rambut keriting, Papua, orang bawah. Kalau Irian itukan cahaya yang menyinari kegelapan, itu Irian diganti Papua…”
Fakta ancaman serius dan tersingkirnya orang asli Papua di Tanah leluhur mereka dengan terlihat di kabupaten-kabupaten yang sudah dirampok oleh orang-orang pendatang Melayu dan terjadi perampasan dari hak-hak dasar dalam bidang politik OAP.
Lihat bukti dan contohnya DOB boneka sebagai surga bagi orang-orang pendatang Melayu, berikut ini:
1.Kabupaten Sarmi 20 kursi: Pendatang 13 orang dan Orang Asli Papua (OAP) 7 orang.
2. Kab Boven Digul 20 kursi: Pendatang 16 orang dan OAP 6 orang
3. Kab Asmat 25 kursi: Pendatang 11 orang dan OAP 14 orang
4. Kab Mimika 35 kursi: Pendatang 17 orang dan OAP 18 orang
5. Kab Fakfak 20 kursi: Pendatang 12 orang dan OAP 8 orang.
6. Kab Raja Ampat 20 kursi: Pendatang 11 orang dan OAP 9 orang.
7. Kab Sorong 25 kursi: Pendatang 19 orang dan OAP 7 orang.
8. Kab Teluk Wondama 25 kursi: Pendatang 14 orang dan OAP 11 orang.
9. Kab Merauke 30 kursi: Pendatang 27 orang dan OAP hanya 3 orang.
10. Kab. Sorong Selatan 20 kursi. Pendatang 17 orang dan OAP 3 orang.
11. Kota Jayapura 40 kursi: Pendatang 27 orang dan OAP 13 orang.
12. Kab. Keerom 23 kursi. Pendatang 13 orang dan OAP 7 orang.
13. Kab. Jayapura 25 kursi. Pendatang 18 orang dan OAP 7 orang.
Dalam artikel saya pada 22 Juni 2023 dengan topik : “OTSUS DAN DOB BONEKA BUKAN SOLUSI AKAR KONFLIK PAPUA BARAT” saya sampaikan keprihatinan saya seperti dikutip kembali ini.
“Saya merenungkan, mencermati, menganalisa dan mengamati serta menilai, DOB boneka Indonesia ini, menurut saya sangat kejam dan paling berbahaya bagi Penduduk Orang Asli Papua. Pengamatan saya tentang DOB boneka Indonesia ini saya gambarkan sebagai seperti berikut ini”.
(1) DOB boneka Indonesia seperti ular-ular piton besar sedang kelaparan yang siap menelan POAP.
(2) DOB boneka Indonesia seperti harimau-harimau liar, ganas dan jahat sedang kelaparan yang siap menerkam POAP.
(3) DOB boneka Indonesia seperti buaya-buaya darat yang sangat liar sedang kelaparan untuk menelan POAP.
(4) DOB boneka Indonesia seperti singa-singa jahat dan kejam sedang kelaparan untuk menerkam POAP.
(5) DOB boneka Indonesia seperti macan tutul yang ganas sedang kelaparan menerkam POAP.
(6) DOB boneka Indonesia seperti musibah bencana besar yang menimpa
POAP.
(8) DOB boneka Indonesia seperti ranjau yang ditanam dan sewaktu-waktu meledak dan menghancurkan POAP.
(9) DOB boneka Indonesia seperti anjing kurap yang tidak pernah puas dengan apa yang dimakannya dan selalu merampok hak anjing-anjing lain”.
Sadarlah, bangkitlah, bersatulah rakyat dan bangsa Papua Barat untuk masa depan yang lebih baik, berkeadilan, terhormat, bermartabat, penuh harapan hidup dan damai di atas Tanah leluhur.
Rakyat dan bangsa Papua Barat tidak membutuhkan Indonesia dan Amerika. Yang benar ialah Indonesia dan Amerika yang membutuhkan TANAH dan Sumber Daya Alam Papua Barat dan Penduduk Orang Asli Papua harus dimusnahkan karena penghalang dan penghambat bagi Indonesia dan Amerika Serikat.
Untuk mempercepat proses pemusnahan POAP ialah Daerah Otonomi Baru (DOB) Boneka Indonesia dan masih banyak cara-cara lain seperti Operasi Militer,Operasi Intelijen, Operasi Transmigrasi Spontan, Operasi dalam birokasi, dan operasi penghancuran pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara sistematis, masif dan kolektif.
Jadi, dalam hal apa “kita semua mengucap syukur kepada Tuhan karena abang-abang senior kita sudah berjuang keras pemekaran Provinsi”…?
Abang-abang senior Papua bersama penguasa Indonesia, Hendropriyono, Tito Karnavian dan TNI-Polri membawa Penduduk Orang Asli Papua Barat dalam jurang kebinasaan.
Indonesia sebaiknya menyelesaikan luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia yaitu 4 pokok akar masalah Papua. Terlihat bahwa Pemerintah dan TNI-Polri bekerja keras dengan berbagai bentuk untuk menghilangkan 4 akar persoalan Papua yang dirumuskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang tertuang dalam buku Papua Road Map: Negociating the Past, Improving the Present and Securing the Future (2008). Empat akar persoalan sebagai berikut:
1) Sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia;
(2) Kekerasan Negara dan pelanggaran berat HAM sejak 1965 yang belum ada penyelesaian;
(3) Diskriminasi dan marjinalisasi orang asli Papua di Tanah sendiri;
(4) Kegagalan pembangunan meliputi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Papua.
“Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia…kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab, sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua” (Sumber: Franz Magnis:Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme: 2015: 255).
Sedangkan Pastor Frans Lieshout, OFM, mengatakan:
“Orang Papua telah menjadi minoritas di negeri sendiri. Amat sangat menyedihkan. Papua tetaplah LUKA BERNANAH di Indonesia.” (Sumber: Pastor Frans Lieshout,OFM: Guru dan Gembala Bagi Papua, 2020:601).
Diharapkan, solusi untuk mengakhiri semua persoalan ini, Dewan Gereja Papua (WPCC) dalam seruan moral pada 21 November diserukan, sebagai berikut:
“Meminta kepada Dewan HAM PBB (Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa) datang berkunjung ke Tanah Papua untuk melihat secara langsung situasi penderitaan panjang orang Papua selama 58 tahun.”
“Sudah saatnya pemerintah Indonesia menghentikan kebijakan rasisme sistemik pada orang asli Papua yang terus-menerus meningkat.”
“Presiden Joko Widodo tetap konsisten mewujudkan statemennya pada 30 September 2019 untuk berdialog dengan kelompok Pro Referendum, United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dimediasi pihak ketiga sebagaimana yang pernah terjadi antara Pemerintah RI dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Helsinki pada 15 Aguatus 2005.
Terima kasih. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.
Ita Wakhu Purom, Jumat, 4 Agustus 2023
Penulis:Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua, Pendiri, Pengurus dan Anggota Dewan Gereja Papua (WPCC), Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC) dan Anggota Baptist World Alliance (BWA).
Editor: Redaksi