Dekolonisasi dan Revitalisasi Ideologi Sosialisme orang Lani atau Suku Lani Komparasikan dengam Ideologi Sosialisme XI Jimping
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman
“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”
Pengertian kata “dekolonisasi” ialah mengembalikan kemerdekaan hakiki Penduduk Orang Asli Papua, lebih khusus suku Lani yang terampas atau dihilangkan dengan pengaruh asing atau para penjajah.
Dengan kata lain dekolonisasi ialah membebaskan diri dari belenggu pengaruh pikiran dan pandangan hidup orang lain. Memilih dan berkomitmen untuk hidup dengan keyakinan iman, ideologi dan tatanan budaya, sejarah dan bahasa sendiri.
Pengertian kata “revitalisasi” ialah
proses, cara, dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu nilai penting yang sebelumnya ada tapi dihilangkan. Singkatnya menghidupkan kembali ideologi sosialisme yang sudah dihilangkan atau dimatikan.
Pengertian kata “ideologi” ialah
cerminan cara berpikir orang atau masyarakat yang membentuk masyarakat itu menuju cita-citanya, nilai, pijakan, pedoman dan dasar yang harus dipegang dan dihati dengan komitmen yang kokoh untuk mewujudkan harapan suatu suku, masyarakat, bangsa dan negara.
Apa artinya sosialiame? Kata sosialiame berasal dari kata dasar “sosial” dan dalam bahasa Inggris “society” artinya masyarakat atau orang-orang.
Jadi, kata sosial adalah berkenaan orang-orang dengan nilai-nilai dan sifat-sifat kemasyarakatan yang memperhatikan kepentingan umum dalam hidup bersama dengan saling menghormati martabat kemanusiaan, kesamaan derajat, keadilan dan kedamaian.
Jadi, pertanyaan ialah apakah benar suku atau orang Lani memiliki ideologi sosialisme?
Jawabannya ialah YA dan BENAR.
Kalau YA dan BENAR, mana bukti atau fakta ilmiahnya?
Orang Lani adalah sosialis sejak turun-temurun. Karena itu ideologi sosialisme bukan produk dunia Barat dan produk dari luar atau asing.
Penghilangan ideologi sosialisme terjadi karena para sarjana orang-orang Lani belum berminat atau belum ada yang mau melakukan riset, penelitian dan kajian-kajian ilmiah berkaitan dengan filosofi ideologi sosialisme masyarakat Lani.
Karena degradasi atau penghilangan ideologi sosialisme Penduduk Orang Asli Papua, lebih khusus Orang Lani atau Suku Lani, maka upaya dekolonilasi filososfi ideologi sosialisme orang atau suku Lani adalah kebutuhan mendesak.
Filosofi atau ideologi sosialisme suku Lani atau orang Lani juga sesuai dengan ideologi Pancasila, yaitu “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Ideologi sosialisme terlihat dan terbukti dalam masyarakat suku Lani. Dalam budaya suku saya, orang-orang Lani yang hidup di Papua Pegunungan, biasanya buat pagar untuk berkebun dan kebun itu dibagikan kepada semua orang dan termasuk ibu-ibu janda dan anak yatim piatu. Mereka menanam ubi dan berbagai jenis sayur-sayuran dan buah-buahan.
Mereka bersama-sama mengantur batu dan masak bersama-sama, mrmbagi dengan adil dan makan juga secara adil dan semua orang mendapat bagian. Tidak ada orang yang kelaparan, karena saling peduli dan saling perhatian. Ada nilai-nilai sosial yang amat tinggi.
Suku Lani dengan ideologi sosialisme tidak ada watak perampok, penindas, pemeras, pembunuh, pencuri, pembohong, dan egoisme yang tamak.
Karena suku Lani yang hidup dengan filosofi ideologi sosialisme mempunyai pemimpin yang berawasan sosialis yang biasa disebut dengan kehormatan: (1) Ap Ndumma; (2) Ap Nagawan; (3) Ap Gain; (4) Ap Nggok), (5) Ap Endagembogut. Para pemimpin ini memelihara, merawat dan melindungi nilai-nilai kebersamaan atau filosofi ideologi sosialisme.
Contoh yang paling nyata dan hidup ialah ada satu keluarga atau seseorang memelihara ternak babi dan proses pemeliharaan ini tidak pernah dibantu oleh keluarga lain atau orang lain. Tapi pada saat sembelih babi ini menjadi sajian makanan untuk dimakan atau dinikmati bersama.
Dalam membagikan daging yang sudah dimasak biasanya mengutaman bagi yang ibu-ibu janda dan anak-anak piatu atau yatim piatu dan membagikan kepada semua orang yang hadir.
Ada contoh lain ialah pada saat panen kelapa hutan biasanya dibuat acara besar-besaran dengan mengundang orang banyak untuk menikmati bersama. Dalam pesta besar seperti ini biasanya mengutaman bagi yang ibu-ibu janda dan anak-anak piatu atau yatim piatu dan membagikan kepada semua orang yang hadir.
Pastor Frans Lieshout dalam bukunya: “Kebudayaan Suku Hubula Lembah Balim-Papua” menggambarkan kehidupan Pendauduk Orang Asli Papua
“Waktu Mr. Lorentz diberikan kehormatan untuk membagikan daging babi itu kepada para anggota rombongannya, ia sendiri mencicipi sedikit terlebihi dahulu dari daging itu; rasanya enak sekali! Tetapi tuan rumah menegur dia, ia harus membagi dulu kepada yang lain dan sesudah itu baru ia boleh makan bagian dia sendiri. (Situasi ini lucu sekali, karena orang-orang yang dianggap primitif memberikan pelajaran tentang sopan santun kepada orang asing itu. Siapakah yang sebenarnya primitif” (2009:4).
Untuk kepentingan memelihara filosofi ideologi sosialisme ini, Ap Ndumma; (2) Ap Nagawan; (3) Ap Gain; (4) Ap Nggok), (5) Ap Endagembogut memberikan perintah yang merupakan doa berkat dan sekaligus larangan, bahwa untuk beberapa bulan atau tahun dilarang menyembelih babi, membuka kebun baru dan membakar kelapa hutan, menggali kebun keladi.
Doa dan larangan ini supaya tidak boleh ada egoisme dan ketamakan pribadi dan keluarga. Kepentingan bersama dan kepuasan bersama sebagai wujud dari filosofi ideologi sosialisme harus dijaga.
Dalam suku Byak (Biak) ada ideologi sosialisme yang disebut dengan KARAR. Pengertian KARAR adalah sebuah DOA yang dipanjatkan untuk melindungi tanaman-tanaman berupa pohon pinang dan buah sirih, supaya jangan ada orang yang sengaja/sembarangan masuk untuk mengambil/mencuri tanaman tersebut. Atau KARAR sebagai doa untuk tidak ada keluarga atau perorangan memancing ikan dilaut selama lima bulan, bahkan satu. Doa dan larangan itu untuk panen ikan untuk mengundang tamu dan makan bersama dalam semangat ideologi sosialisme.
KARAR ini disampaikan oleh beberapa tingkatan KEPEMIMPINAN dalam Adat Byak sebagai berikut: 1. Pemimpin di tingkat keret/marga/fam di sebut Mananwir Keret.2. Pemimpin Adat di tingkat kampung di sebut Mananwir Mnu.3. Pemimpin Adat di wilayah/distrik disebut Mananwir Sub Bar
4. Pemimpin Adat Tertinggi misalnya Kabupaten Lanny Jaya di sebut Manfun Kawasa.
Saya mau komparasikan atau membandingkan ideologi Xi Jinping dengan Suku Lani lebih khusus dan pada umumnya rakyat dan bangsa Papua Barat.
Presiden China Xi Jinpung yang saya juluki dan nobatkan sebagai Manusia Berbudi Luhur di Adad ke-21 dan telah menjadi wajah Tuhan, mata Tuhan, telinganya Tuhan, tangannya Tuhan dan kakinya Tuhan dalam abad ke-21 yang hadir sebagai penolong sesamanya. Seperti tertulis dalam Firman Tuhan, Alkitab sebagai berikut:
“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Matius 25:34–36).
Xi Jinping tidak membawa senjata dalam menyapa sesama manusia yang membutuhkan pertolongan. Xi Jinping juga tidak bertanya tentang agama dan asal keturunan dan kebangsaan. Xi Jinping memiliki hati belas kasihan dan menghormati eksistensi martabat kemanusiaan.
Xi Jinping hadir sebagai wajah dan mata Tuhan, telinga Tuhan dan melihat dan mendengar penderitaan dan tangisan sesama manusia di benua Amerika Latin, benua Eropa, benua Afrika dan benua Asia, dan Kepulauan Pasifik. Xi Jinping menyelamatkan jutaan manusia dari bahaya kelaparan.
Seperti Tuhan Yesus memberi makan 4.000 sampai 5.000 orang. Xi Jinping tergerak hatinya dengan belas kasihan demi kemanusiaan dan keadilan kepada bangsa-bangsa yang sedang kelaparan, kehausan, kesakitan, kebodohan dan berbagai macam persoalan yang membelenggu mereka.
Xi Jinping mengatakan kepada bangsa-bangsa yang lapar, haus, sakit, bodoh dan diduduki, ditindas dan dijajah dengan mengatakan:
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberikan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19).
Xi Jinping hadir dan sampaikan dengan hatinya yang tergerak dan belas kasihan kepada jutaan rakyat China di dalam negeri di Tiongkok maupun di luar negeri , bahwa “Kamu harus memberi mereka makan dan menyelamatkan mereka dengan lima roti dan dua ikan atau dengan harta bendamu yang ada padamu” kepada jutaan manusia yang sedang kelaparan, sakit atau tidak sehat, tidak berdaya, dan tidak berpendidikan di berbagai negara di seluruh dunia. Jangan tanya agama mereka. Jangan tanya asal usul mereka. Jangan tanya asal kebangsaan mereka. Tapi, lihat mereka dari mata hati dan mati iman sebagai sesama manusia yang berasal dari TUHAN Allah dan sebagai keturunan Adam dan Hawa.
Dokter Lukas dalam Kisah Para Rasul pasal 4:32-37 menulis keyakinan hidup bersama sebagai makhluk sosial sebagai berikut:
“Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.”
Ideologi sosialisme Xi Jinping dan ideologi rakyat dan bangsa Papua Barat, lebih khusus ideologi sosialisme ialah kebersamaan, keadilan, kesamaan serajat, kesamaan hak dan kepemilikan bersama untuk menciptakan tatanan perdamaian dunia..
Dalam ideologi sosialis Xi Jinping dapat membangun rakyat dan bangsanya dengan pendekatan penghormatan kemanusiaan dan keadilan aerta pedamaian untuk semua rakyat dan bangsa China.
Ideologi sosialis Xi Jinping ialah berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Lapar sama-sama lapar dan haus sama-sama haus dan sebaliknya.
Dengan kekuatan ideologi sosialis Xi Jinping membantu banyak negara-negara yang membutuhkan bantuan ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta pembangunan infrastruktur. Xi Jinping tidak pernah kirim pasukan, tapi kirim bantuan kemanusiaan untuk memajukan sesama manusia untuk kehidupan yang lebih baik.
Rakyat dan bangsa Papua Barat yang berjuang untuk hak hidup, hak politik, hak mendapat pendidikan yang benar, pelayanan kesehatan yang baik dan kehidupan ekonomi yang layak, perlu dilakukan segera dan mendesak sebagai berikut:
“Bertolaklah ke tempat yang dalam (ke China) dan terbarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” (Likas 4:4).
Rakyat dan bangsa Papua Barat, khususnya, Penduduk Orang Asli Papua (POAP) harus keluar dari kotak permusuhan, kebinasaan, kehancuran yang tidak ada manfaatnya yang diajarkan oleh penguasa hegemoni kapitalisme Amerika dan Indonesia yang menempatkan bahwa orang China itu bangsa komunis.
Rakyat dan bangsa Papua Barat membutuhkan sahabat, teman, kawan atau solidaritas dengan Presiden China Xi Jinping dan rakyat China untuk perbaikan dan perubahan serta peningkatan mutu hidup yang layak dan bermartabat dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Rakyat dan bangsa Papua Barat,
“Belajarlah sampai ke Negeri China” (Nabi Muhammad SAW).
Terima kasih Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.
Ita Wakhu Purom, Kamis, 15 Mei 2023
Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.