Direktur SKPKC, Heribertus Lobya: Pengungsi di Maybrat, belum ada kebebasan, ketenangan dan rasa aman
PAPUASPIRITNEWS.COM, SORONG-Direktur Sekretariat Keadilan dan Perdamaian Keutuhan Ciptaan, (SKPKC) Heribertus Lobya, OSA mengatakan pengungsi akibat penyerangan Posramil Kisor pada 2 September 2021. Membuat warga di Kabupaten Maybrat khususnya wilayah Aifat Timur dan Aifat Selatan mengungsi ke kampung, distrik dan kabupaten tetangga.
“Data jumlah pengungsi dari tahun 2023-2024 sekitar 600 an orang dengan penyebaran di kampung baru, bambu kuning dan Malanu Kota Sorong sedangkan kabupaten Sorong di SP 1, KM 28, SP 3 dan KM 32″,sebut Pastor Heribertus Lobya usai ibadah Natal pengungsi Maybrat di Gereja Katolik St Monika Intimpura Rabu, (8/1/2025)
Selain itu, ungkapnya bahwa tahun lalu, bulan Agustus warga yang mengungsi di hutan sempat ke Sorong hanya tinggal berapa waktu akhirnya kembali lagi ke hutan.
“Jadi situasi yang dialami warga pengungsi ibarat mereka belum ada kebebasan, ketenangan, rasa aman dan makan minum dan lainnya. Tetapi kita bersyukur karena banyak pihak yang terus membantu, termasuk Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC), organisasi Kepemudaan, Gereja Katolik dan Gereja Protestan”,ucapnya.
Meskipun ada bantuan tetapi warga pengungsi masih dalam situasi yang serba sulit seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lain. Ada sekolah Katolik St Paulus dan St Stevanus yang menampung 50 an anak-anak untuk sekolah.
Selain itu, tempat tinggal warga yang mengungsi awalnya bersama keluarga satu rumah bisa menampung 3 atau 4 kepala keluarga setelah itu masyarakat buat pondok disamping rumah atau tanah kosong untuk tinggal.
“Kami SKPKC mendampingi warga pengungsi dengan kegiatan Literasi bagi anak-anak pada setiap hari Senin, Selasa dan Rabu untuk membaca, berhitung, bernyanyi, berdoa dan bermain. Begitu pun membantu masyarakat atau warga pengungsi menyediakan bibit tanam di kebun seperti ubi-ubian, singkong, keladi, jagung dan lainnya agar masyarakat berkebun hasilnya mereka jual dan bisa bertahan hidup di pengungsian terutama biaya pendidikan bagi anak-anak mereka.
Selain itu, bimbingan rohani, berupa misa dan doa bersama, diskusi dan sharing agar masyarakat ceritakan memoria pasionis atau penderitaan yang dialami agar mereka hati tenang dan saling mendukung”,terangnya.
Pastor Lobya mengakui bahwa bantuan dari pemerintah Kabupaten Maybrat itu hanya diawal-awal pengungsian seperti bahan makanan dan minuman serta obat-obatan selanjutnya sudah tidak lagi. [engel semunya]