Gereja-gereja Di Tanah Papua Kaku, Dingin dan Tidak Kreatif Mengembangkan Isi Alkitab dalam Konteks Realita Hidup POAP
Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman
Pada 29 Desember 2023, pak Max Kambuaya telepon saya.
“Adik Yoman, selama ini kamu pemimpin gereja, pastor, pendeta dan gembala khotbah apa di mimbar-mimbar gereja ini di atas Tanah kita ini?”
“Kakak dengar, khotbah-khotbah dari dulu di mimbar hanya begitu-begitu saja, itu-itu saja, kaku, dingin, tanpa perubahan konteks khotbah dan tanpa melihat realitas kehidupan rakyat Papua”.
“Khotbah tidak ada kreativitas, inovasi, perubahan paradigma, cara pandang dan cara lihat korelasi antar teks, konteks dan realitas. Khotbah teks Alkitab tanpa menghidupkan”.
“Khotbah di mimbar suci itu tidak pernah berbicara ketidakadilan, ketidakbenaran, kekerasan negara, pelanggaran HAM berat, penggungsi di Maybrat, di Nduga, di Pegunungan Bintang, di Yahukimo, di Intan Jaya dan Puncak yang dialami oleh orang asli Papua”.
“Adik Yoman, kakak belajar, tahu, dan mengerti Firman Tuhan, bahwa Tuhan Yesus lahir dalam dunia realitas untuk melawan kejahatan Iblis dan kejahatan manusia, ketidakadilan, kekerasan, diskriminasi rasial, marginalisasi, dan pelanggaran hak-hak dasar manusia”.
“Adik Yoman, Firman Tuhan itu menghidupkan, membangunkan, menyadarkan orang, supaya mereka ada kehidupan, ada kebangkitan dan ada kesadaran, bahwa di sekitar saya, di halaman saya, di depan saya, di belakang saya ada ancaman yang serius dilakukan oleh negara. Pemerintah atau negara ini harus dikoreksi atau dikritik dari mimbar sebagai suara kenabian.”
“Seperti adik Yoman sering katakan: Kejahatan Negara berjalan telanjang di Tanah Papua”.
“Maaf adik Yoman, kakak agak keras karena adik Yoman dengan para pemimpin gereja belum mengerti banyak peran dan tugas utama dari gerejs itu sendiri”.
“Adik Yoman, para pencuri, perampok, penjarah, pembunuh, penipu merajalela, tapi gereja diam, membisu, takut, dan khotbah-khotbah hanya di pinggir-pinggir tanpa menyentuh akar kejahatan negara yang dialami umat Tuhan, orang-orang asli Papua ini”.
“Adik Yoman, kakak senang dan setuju dengan adik Pendeta Dorman Wandikbo Presiden GIDi selalu berbicara secara konsisten tentang realitas, fakta dan konteks kehidupan umat Tuhan. Itu khotbah yang benar, menghidupkan dan membangkitkan”.
Amin, ya dan benar, pak Max Kambuaya sampaikan. Karena, Tuhan Yesus berkata kepada para pemimpin gereja, pastor, pendeta dan gembala:
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10).
Tuhan Yesus mengatakan:
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Saya menangkap pesan ini dan memberikan kesimpulan bahwa pak Max Kambuaya membangkitkan dan menyadarkan para pemimpin gereja, pastor, pendeta dan gembala dari mimbar-mimbar gereja yang suci dan kudus menyuarakan suara kenabian atau profetis untuk memperbaiki akar konflik Papua Barat
Gereja-gereja dari mimbar harus memperbaiki manipulasi sejarah Perjanjian New York 15 Agustus 1962, Perjanjian Roma 30 September 1961, Pepera 1969, kegagalan Otsus 2001, Dob boneka, pelanggaran HAM berat, rasisme, kapitalisme, militerisme, marginalisasi, dominasi, perampasan Tanah, kegagalan pendidikan, kesehatan dan pengungsi 60.000 yang belum kembali, perlakuan tidak adil terhadap alm. Lukas Enembe dan masih banyak ketidakadilan yang dialami warga gereja, terutama Penduduk Orang Asli Papua Barat.
Gereja harus sadar, bangkit dan bersuara, jangan takut, membisu dan diam dalam melihat kesulitan, kesusahan, kegelisahan dan kekejaman negara yang dialami dan dihadapi umat Tuhan di atas Tanah ini.
Terima kasih.
Ita Wakhu Purom, 31 Desember 2023.
Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. Anggota: Dewan Gereja Papua
(WPCC), Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC) dan Anggota Baptist World Alliance (BWA).
Editor: Redaki