Hubungan Harmonis Sejati Antara Guru Islam dengan Murid Kristen di Pegunungan Papua Tahun 1977-2023
(Ini tulisan pada 12 Juli 2022)
Belajar Pemikiran Sosialis, Plural, Moderat, dan Modern
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman
Seorang Muslim bernama Suyanto ditugaskan Negara sebagai guru di Sekolah Dasar Negeri Tiom sekitar tahun 1977. Distrik Tiom masuk dalam kabupaten Jayawijaya waktu itu sebelum kabupaten Lanny Jaya dimekarkan.
Saya dengan teman-teman datang sekolah di SDN ini dengan menempuh 7 kilo meter perjalanan. Cukup jauh. Tapi selama 6 tahun telah menjadi bagian dari hidup dan sejarah kami. Perjalanan itu sangat menyenangkan dan terukir dan terkesan serta terpatri dalam hidup ini. Sayang, ada beberapa teman yang putus sekolah, tetapi sebagian besar dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
Sudah 46 tahun sejak 1977-2023 terbina hubungan dengan baik. Walaupun bapak guru sudah pulang ke Jawa. Sekarang guruku dan ibu tinggal di Magelang.
Bapak guruku waktu masih di Tiom, biasa minta saya ke rumah pulang sekolah. Kami berdua masak dan makan. Saya pulang ke kampung sore. Setelah tamatkan kami bapak guru pindah ke Wamena kota, dan mengajar di SDN Aikima, Pikhe dekat Mummi Wamena.
Pada tahun ini 2023, saya lupa tanggal, karena saya rindu suara bapak guru dan mama, saya telepon dan bicara cukup lama. Saya tanpa kepada bapak guru.
“Maaf bapak, waktu saya di SD, mengapa setiap pulang sekolah bapak biasa ajak saya ke rumah, bapak masak makanan dan kami berdua makan. Kenapa tidak ajak teman-teman lain?”
Bapak guruku jawab:
“Bapak melihat kamu itu anak yang berbeda dengan teman-temanmu. Bapak tahu ada yang unik dalam diri kamu. Kamu anak sangat jenius. Teman-temanmu juga cerdas-cerdas seperti Piter Kogoya, Emaus Kogoya. Buktinya, hari ini anak sudah orang besar untuk bangsamu. Kamu seperti sekarang ini yang pernah bapakmu lihat dalam diri kamu waktu itu.”
Saya ke Wamena dari Tiom. Bapak guru urus saya masuk SMPN 2 Wamena. Bapak minta tinggal di rumah. Bapak guru pulang ke Jawa dan menikah dan pulang. Saya tinggal dengan bapak dan ibu di rumah.
Ibu biasa masak sayur pare dicampur dengar ikan kaleng. Makanan sangat enak. Ibu kasih makan saya secukupnya. Saya sekolah dengan lancar. Saya dibelikan baju seragam. Bapak guru dan ibu sangat baik.
Saya masih bersama kedua orang tua. Adik Dewi lahir. Setiap hari pagi atau pulang sekolah mencuci pakaian adik Dewi.
Saya sudah selesai SMPN 2 Wamena dan melanjutkan SMAN Wamena. Kelas 2 saya pindah ke Nabire. Sejak itu, saya belum pernah ada komunikasi sampai tahun 2007.
Pada tahun 2007, bapak guru telepon saya dari Magelang. Nomor hand phone baru muncul nomor HP baru. Saya angkat dan ada suara dibalik HP, suara yang sudah kenal (familiar) dalam hidup saya.
Bapak guru tanya:
“Anak, apakah masih kenal suara saya?”
Saya tidak bisa lanjutkan pembicaraan. Hati saya sangat terharu mendengar suara bapak guruku yang memberikan saya harta sangat berharga, yaitu ilmu pengetahuan di kampung terpencil di Lanny Jaya.
Saya sampaikan:
“bapak guru, selamat pagi. Anak masih ingat suara bapak guru. Maaf, anak sebut nama bapak guru, bapak Suyanto.”
“Ya, bagus, napuluk masih ingat bapak gurumu.”Napuluk artinya “anak” dalam bahasa Lani.
Bapak guru tanya tentang murid-muridnya nama satu persatu. Saya memberikan jawaban posisi anak didiknya sekarang. Bapak guru sangat bangga mendengarkan jawaban dari saya tentang anak-anak didiknya.
Singkat cerita, pada 18 September 2019, bapak guru telepon saya. Bapak guru sampaikan kepada saya:
“Anak, kamu tahu bapak beragama Islim. Anak beragama Kristen. Apakah anak masih mengasihi bapakmu?”
Perkataan ini, terutama pertanyaan bapak guru, membuat saya seperti tidak punya tulang. Hati saya diliputi dengan keharuan. Dalam hati saya benar-benar mengalir air mata suci, kudus dan tulus. Saya menyepikan mobil dan saya parkir mobil di pinggir jalan. Saya lanjutkan pembicaraan dengan bapak guruku. Saya menyampaikan kepada bapak guruku seperti ini.
“Bapak, saya sangat mencintai bapak. Saya sangat berhutang budi dengan bapak. Apa yang harus anak buat untuk bapakku sekarang? Bapak, boleh bilang kepada anak sekarang. Saya akan laksanakan apa yang bapak minta.”
Jawaban bapak guruku.
“Anak, bapak minta tolong. Apakah anak bisa bantu pindahkan adikmu Dewi itu pindah tugas ke Jawa? Bapak minta itu saja. Karena, adikmu sudah berjuang hampir 2 tahun lebih tapi dia ada kesulitan. Kasihan adikmu itu.”
Saya jawab:
“Bapak dan mama berdoa. Saya upayakan. Tapi, saya minta persyaratan atau surat-surat dari adik Dewi. Bapak dan mama kasih nomor HP adik Dewi.”
Saya dapat nomor HP adik Dewi Fitri Astuti dan saya telepon Dewi.
“Halo Dewi, ini kakak Socratez Yoman. Bapak dan mama kasih nomormu. Besok antar surat-surat ke kakak di Abepura.”
Saya menerima persyaratan adik Dewi dan saya pergi bertemu dengan atasannya. Kami dua cerita-cerita dan saya sampaikan atasannya. Saya minta atasannya proses SK pindah ke Jawa. Saat itu juga Kepala Kantor Departemen Kementerian Agama Provinsi Papua panggil stafnya untuk buat SK pindah.
Saya pamit atasan adik Dewi dan pulang Dalam perjalanan pulang, saya telepon bapak dan mama di Magelang, Jawa Timur.
“Bapak dan mama, ada informasi baik. SK adik Dewi sudah mulai diproses.”
Saya mendengar dibalik telepon mama menangis. Sementara bapak dengan suara terbata-bata, bertanya kepada saya.
“Anak, bapak kasih hadiah apa untuk anak, karena sudah bantu adikmu.”
Saya jawab.
“Bapak dan mama berdoa untuk saya. Anak sudah mendapat banyak dari bapak, yaitu sudah kasih saya harta sangat berharga seumur hidup saya, yaitu Ilmu Pengetahuan. Bapak sudah membuat anak orang besar hari ini.”
Bapak dan mama sampaikan:
“Kapan datang ke Magelang. Di sini 2 atau 3 hari baru anak kembali ke Papua. Tapi bapak dan mama tahu anak sibuk dengan tugas.”
Bapak dan mama juga memberkati kedua anak saya.
“Bapak dan Mama sampaikan kami berdoa untuk kedua cucu kami supaya menjadi orang-orang besar seperti orang tuanya.”
Adik Dewi tugas di Nibokrang sebulum dipindahkan ke Jawa.
Ada yang lucu. Saya telepon adik Dewi.
“Dewi, kakak mau datang ke rumah kamu hari Sabtu, jadi ko masak ya?”
“Kakak mau makan masakan kamu.”
Adik Dewi tanya.
“Kakak datang ke Nimbo, Kakak suka makan apa?”
Jawab saya kepada adik Dewi.
“Kakak suka sayur pare dengan ikan kaleng. Karena dulu di Wamena, mama biasa masak sayur pare dengan ikan kaleng.”
Dewi jawab:
“Oh….kakak masih lidah pare dan ikan kaleng ya?”
Yang lebih lucu lagi. Waktu saya telepon bapak guru dan mama di Jawa, saya sampaikan begini:
“Bapak dan mama, suami Dewi itu belum bayar mas kawin. Dia harus bayar mas kawin 5 ekor babi kepada saya sebagai kakak Dewi.”
Bapak dan mama bingung dan langsung jawab:
“Anak, orang Jawa itu tidak tahu namanya mas kawin.”
Saya jawab kepada bapak dan mama.
“Itu benar, kamu orang Jawa di sana. Tapi, Dewi itu perempuan Wamena, karena lahir di Wamena, jadi 5 ekor babi harus kasih mas kawin kepada saya sebagai kakaknya.”
Memang benar-benar lucu. Saya juga telepon adik Dewi dan bilang adik Dewi.
“Hei Dewi, bilang kamu punya suami itu, kasih saya 5 ekor babi sebagai mas kawin. Bagaimana adik saya kawin tanpa bayar saya.”
Adik Dewi juga bingung, rasa lucu dan campur-aduk. Ini seni hidup dalam kehidupan saling mengasihi satu sama yang lain.
Puji Tuhan. Tuhan Yesus Ajaib dan berkuasa.
Akhirnya, adik Dewi kirim pesan kepada saya pada 9 Oktober 2019:
“Selamat pagi kakak….sebelumnya terima kasih atas bantuannya untuk urusan mutasi saya…surat sudah jadi dan sudah dikirim ke Magelang untuk diteruskan ke pusat Jakarta…doakan semoga urusan di Jakarta lancar dan berhasil…”
Kisah Guru Islam dan Murid Beragama Kristen tidak pernah menjadi halangan dan hambatan. Cinta kasih sayang guru dan anak terjalin abadi di hati saya.
Tanpa bapak-bapak guru tercinta dan terhormat, bapak Suyanto, Natsun Manowarun, Penias Tawaru, Yan Karel Maniba, Enos Sawamenay, Yohanes Rumsumbre, Yotias Pakage dan masih banyak lain, saya tidak seperti hari ini saya ada.
“Kita jangan sibuk dengan mengurus atau mengganggu agama orang lain, itu sama saja kita bagian dari orang-orang yang menciptakan kekacauan dunia. Sebaiknya, kita harus sibuk membangun iman kita masing-masing, supaya kita menjadi seperti lilin yang bercahaya untuk kedamaian dunia. Orang Kristen berkewajiban menjadi penjaga dan pelindung saudara-saudara Muslim, Hindu, Budha, Konghucu dan Atheis dan sebaliknya. Kita boleh berbeda dalam keyakinan iman dan pandangan ideologi, tapi kita tetap bersaudara dalam martabat kemanusiaan.” (Gembala DR. A.G. Socrarez Yoman, Ita Wakhu Purom, 5 April 2022)
TUHAN memberkati Bapak dan Mama di Magelang. Tetap kuat dan segar dihari tua. Bapak dan Mama selalu ada dihati anak melalui doa.
Dari anakmu Dr. Ambirek G. Socratez Yoman, Gembala umat tertindas dari Tanah Melanesia, West Papua.
Ita Wakhu Purom, Kamis, 25 Mei 2023
08124888458/08128888712