Ideologi Papua Barat Merdeka Tidak Pernah Mati

84 Tahun Ideologi dan Nasionalisme Papua Barat Merdeka tetap Hidup, Berakar Kuat, Bertumbuh, Berbuah dalam Kehidupan Rakyat dan Bangsa Papua Barat
Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman (Ap Nagawan Ndumma)
MESKIPUN kebohongan itu lari secepat kilat, satu waktu kebenaran itu akan mengalahkannya,” Pepatah Belanda yang kerap diucapkan alm. Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahetapy biasa disapa Prof. JE Sahetapy dalam setiap debat di forum-forum Hukum yang disiarkan
Pada 4 Januari 2024, Ottis Simopiaref membagi ke Group Artikel Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman tulisan pendek di bawah ini.
“AWAL PERJUANGAN PAPUA MERDEKA”
“Setiap pejuang mimilki potret tersendiri pada masa yang berbeda. Stevanus Simopiaref memimpin Gerakan Koreri 1940an di Biak menentang pasukan Jepang demi Papua Merdeka.
Permenas Awom, Melkianus Awom dan lainnya memimpin OPM 1960an melawan RI demi Papua Merdeka.
Utrecht Wompere memimpin Sampari 1960an di Biak menentang RI demi Papua Merdeka. Sampari= Bintang pagi atau Kejora.
Hingga 2023, perjuangan Papua Merdeka telah berusia 83 tahun”.
Oleh Ottis Simopiaref, 06-09-2023
Saya berterima kasih atau Syowi Kasumasa kepada Tuan Ottis Simopiaref. Tulisan ini sejarah berharga bagi saya dan juga bagi rakyat dan bangsa Papua Barat.
Bagi yang mencintai sejarah seperti saya, tulisan ini sangat berharga. Saya berusaha untuk meneliti dan mencari informasi awal pergerakan Papua Barat Merdeka.
Tulisan Ottis Simopiaref membantah dan meruntuhkan mitos-mitos murahan yang dikembangkan dari penguasa kolonial Firaun dan Goliat modern Indonesia yang menduduki, menjajah,menindas dan memusnahkan rakyat dan bangsa Papua Barat, yaitu tuntutan dan perjuangan Penentuan Nasib Sendiri bangsa Papua Barat bukan karena kekecewaan dan juga kesejahteraan.
Tulisan singkat Ottis membuktikan bahwa Perjuangan rakyat dan bangsa Papua Barat adalah perjuangan sebuah ideologi dan nasionalisme.
Hasil studi saya, ideologi dan nasionalisme bangsa Papua Barat tidak diajarkan di SD, SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi (PT).
Sebaliknya, Ideologi dan nasionalisme bangsa Indonesia diajarkan kepada bangsa Papua sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang dari SD, SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi (PT).
Tidak ada mata pelajaran sejarah Papua Barat di sekolah-sekolah di seluruh Tanah Papua Barat dari Sorong-Merauke
Apakah ada mata pelajaran Papua Barat Merdeka, terutama pelajaran sejarah bangsa Papua Barat di dalamnya tentang bendera Bintang Kejora yang diajarkan di Sekokah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Mengenah Atas (SMA) dan Sekolah Tingkat Atas sampai Perguruan Tinggi?
Pertanyaan ini muncul di hati dan pikiran saya ketika saya menonton vidio yang dikirim kepada saya tentang luapan sukacita dan kegembiraan siswa SMA dan SMU dalam bentuk parade atau pawai setelah mendengarkan hasil kelulusan mereka.
Peristiwa ini terjadi di kabupaten Nabire pada Jumat, 5 April 2023. Dalam parade atau pawai spontan itu terlihat di baju mereka dibuat gambar bendera Bintang Kejora, bahkan ada yang bentangkan bendera Bintang Kejora di atas kendaraan bermotor.
Mengapa ada nasionalisme dan ideologi Papua Barat Merdeka begitu subur dan kuat bertumbuh dalam hidup rakyat dan bangsa Papua Barat, walaupun buku-buku sejarah bangsa Papua Barat telah dibakar oleh bangsa kolonial modern Indonesia?
Siapa yang salah? Apakah orang tua yang salah? Apakah guru yang salah? Atau negara yang salah? Apakah sejarah yang salah?
Kami dipaksakan menerima ideologi Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, Bendara merah putih, lagu Indonesia raya dan kepalsuan sejarah mereka, pahlawan mereka dan hampir semua yang asing dipaksakan untuk rakyat dan bangsa Papua Barat menerimanya.
Bangsa Indonesia menanam Ideologi dan Nasionalisme mereka seperti ada tertulis dalam Kitab Suci, Alkitab.
Perumpamaan tentang penabur dicatat dalam: Matius 13:1-8, Markus 4:1-9, dan Lukas 8:4-8. Sebagai titik awal, kita akan melihat apa yang dicatat oleh Lukas.
Lukas 8:4-8
“Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya”.
(1) “Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
(2) “Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.”
(3) “Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati”.
(4) “Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.”
Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Ideologi dan nasionalisme diajarkan di sekolah-sekolah dan ada minta hafal Pancasila, UUD 1945, lagu Indonesia raya, bendera merah putih dan lain-lain.
Pertanyaan saya sebagai berikut:
1. Apakah bangsa Indonesia menanam ideologi dan nasionalisme di atas dipinggir jalan, berbatu-batu, semak duri?
2. Apakah bangsa Indonesia menanam ideologi dan nasionalisme di atas tanah yang baik dan subur?
Fakta kesadaran dan hati nurani: MENGAPA SAYA TIDAK IKUT MENYANYI LAGU INDONESIA RAYA DAN TIDAK MENGHORMATI BENDERA MERAH PUTIH?
Pada 17 Desember 2017, ada pelantikan bupati dan wakil bupati terpilih kabupaten Puncak Jaya. Saya diundang dan mengikuti dengan baik seluruh proses pelantikan bupati terpilih periode 2017-2022.
Saya duduk di kursi nomor 1 dari kursi deretan kedua dari kursi deretan pertama. Karena kursi deretan pertama dikhususkan untuk para bupati.
Memang ruang sidang itu kecil. Bapak gubernur Papua, Lukas Enembe, Ketua DPRP Papua, Yunus Wonda, dan Ketua DPRD Puncak Jaya, Nesko Wonda duduk di depan untuk proses pelantikan bupati dan wakil bupati.
Protokol mengajak bapak gubernur dan para undangan dipersilahkan berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Semua hadirin ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Tetapi, saya memilih diam dan tidak ikut menyanyi dan dalam keadaan mulut tertutup dan juga hati tertutup menatap ke depan melihat bapak gubernur dan Ketua DPRP dan Ketua DPRD.
Mengapa saya tidak ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya?
Karena orang tua saya, Ayah dan Ibu, mengajarkan kepada saya, jangan pernah hidup berpura-pura dan menafik dihadapan Tuhan dan sesama. Jangan hidup dihati lain dan pikiran lain tapi berbicara lain. Itu tidak memuliakan nama Tuhan dan tidak menghormati martabat kemanusiaan dan merusak diri sendiri. Hidup harus selalu jujur dan mengatakan yang benar supaya hidup dipelihara dan dilindungi oleh kejujuran dan kebenaran.
Pertanyaan saya, apakah berkata jujur dan benar itu merugikan orang lain?
“Orang jujurlah akan mendiami tanah” (Amsal 2:21). “Orang benar tidak terombang-ambing untuk selama-lamanya” (Amsal 10:30). “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusan” (Amsal 10:32).”Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya” (Amsal 11:6). “Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya.” (Amsal 13:6). “Kebenaran meninggikan derajat bangsa” (Amsal 14:34).
Orang bisa katakan, pak Yoman tidak hargai upacara itu dan sebaiknya ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ada beberapa prinsip sebagai pegangan dan pijakan hidup saya, yaitu,
(1) saya tidak bisa dipaksa oleh siapapun untuk melakukan sesuatu yang ditolak hati dan pikiran saya;
(2) saya tidak boleh memelihara kemunafikan dan ada kepura-puraan dalam hidup saya;
(3) saya tahu, saya sadar dan saya mengerti, lagu itu bukan lagu saya, karena itu lagu bangsa asing, Indonesia; dan
(4) lagu saya “Hai Tanahku Papua.” Lagu “Hai Tanah Papua” adalah lagu kebangsaan saya. Dan bendera saya ialah “Bintang Kejora” bendera kebangsaan saya.
Para pembaca perlu tahu, bahwa saya akan menghormati dan mencitai dan memelihara, kalau lagu dan bendera itu benar-benar milik rakyat dan bangsa saya. Jangan memaksa saya untuk menyanyi Lagu Indonesia Raya dan menghormati bendera Merah Putih, karena itu bukan milik rakyat dan bangsa Papua Barat.
Lagu Indonesia Raya dan bendera Merah Putih adalah simbol-simbol penjajahan dan kolonialisme di Tanah Papua Barat. Pengalaman selama 61 tahun sejak 19 Desember 1961 sampai sekarang ini kita sama-sama melihat dan menyaksikan dan mengalami ada kekejaman dan kejahatan negara terhadap Penduduk Orang Asli Papua.
1. Lagu Indonesia raya dan bendera merah-putih adalah lagu dan bendera penjajah yang telah menjajah bangsa Papua Barat sejak 19 Desember 1961.
2. Lagu Indonesia raya dan bendera merah-putih adalah lagu dan bendera yang telah merampas hak hidup bangsa
Papua Barat.
3. Lagu Indonesia raya dan bendera merah-putih adalah lagu dan bendera yang telah merampok semua hasil alam kekayaan bangsa Papua Barat.
4. Lagu Indonesia raya dan bendera merah-putih adalah lagu dan bendera yang telah membunuh puluhan ribu nyawa bangsa Papua Barat dan para pendeta dan Pastor Papua Barat secara biadab.
Doa dan harapan penulis, artikel pendek memberikan pencerahan.
Waa…Waa…Wa….
Ita Wakhu Purom, 5 Januari 2024
Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua, Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC), Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC) dan Anggota Baptist World Alliance (BWA).
Editor: Redaksi