Kehidupan Kebudayaan Sosialisme Suku Lani (Part 4)

ORANG LANI DENGAN PAGAR & KEBUN
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socrates Yoman
Dalam kehidupan kebudayaan sosialisme suku Lani ada kebun yang dipagari supaya tamanan yang ada dalam kebun itu tidak dirusak dan dimakan dari binatang, terutama babi.
Ada tiga jenis pagar, yaitu pagar untuk kediaman atau rumah, pagar untuk kebun, pagar untuk dapur atau kandang babi.
Sebelum membuka kebun besar, para pemimpin membahas dalam honai laki-laki. Dalam pembahasan itu untuk menyepakati atau menyetujui bahwa dusun atau tanah mana yang harus dibuka sebagai lahan kebun baru.
Setelah diputuskan, keputusan diumumkan di seluruh kampung untuk mendukung keputusan itu dan berpartisipasi dalam pembukaan kebun baru itu.
Sebelum membuka lahan kebun baru, langkah pertama, semua orang laki-laki terlibat menebang pohon-pohon. Pohon-pohon yang ditebangkan itu biasa digunakan untuk membangun pagar.
Bagaimana proses membangun pagar lahan kebun baru itu?
Ada pondasi dan pondasi itu diapit dengan ditanam dua kayu sebelah mebelah menyebelah dan disusun rapi ke atas dengan dipasang penyangga pagar itu. Dua tiang yang dipasang mengapit pondasi itu tetap berperan mengapit papan kecil yang disusun ke atas. Dua tiang itu sitahan dengan ikatan tali dan juga ada kayu khusus yang berbentuk sendok garpu dua jari.
Pada itu tingginya sekitar 2 meter. Simpul tali yang mengikat pagar itu biasanya dibagian dalam kebun, kalau simpulnya dibagian luar, ujung simpul itu bisa ditarik oleh babi dan bangunan pagar itu bisa rusak dan babi masuk ke kebun dan merusak bagian kebun.
Konstruksi pagarnya sudah selesai keliling lahan kebun sekitar satu sampai lima hektar, dan di atas pagar itu diletakkan dahan kayu dan ditutupi dengan alang-alang atau rumput, supaya pada saat hujan, kayu pagar dan tali yang mengikat kayu-kayu itu tidak lapuk dan rusak.
Sesudah selesaikan pembangunan pagar itu sekitar satu atau dua minggu, pemimpin mengundang untuk merapat untuk menanam patok. Patok itu sebagai batas-batas untuk dibagikan masing-masing.
Pertama dipikirkan ialah ibu-ibu janda. Kemudian yang lain dibagikan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat membangun atau membuat kebun itu yang pertama diutamakan ialah kebun ibu-ibu janda.
Dalam bekerja kebun lebih banyak kerja sama dan selesai membangun semuanya pemimpin berdoa untuk menanam ubi, keladi, tebu, bibit yang bisa ditanam dalam kebun itu.
Kebun yang ditanam ibu dilarang orang masuk dalam kebun baru. Setelah tanaman itu mulai tumbuh dan ada perintah untuk dibersihkan.
Pada saat panen kebun baru, biasanya ada acara makan bersama dengan mengantur batu panjang dan semua orang diundang untuk datang makan bersama. Pada saat itu, ibu-ibu janda dan anak-anak yatim piatu menjadi perhatian khusus.
Dalam kayakinan dan pandangan kemanusiaan orang Lani, bahwa tidak boleh ada yang lapar dan susah. Semua orang harus mendapat bagian yang patut dan kegembiraan.
Orang Lani sebagai sosialis sejati bahwa tidak boleh ada orang yang hidup kelaparan dan tidak boleh ada orang yang monopoli. Semua orang setara dan semua orang punya martabat kemanusiaan yang tidak boleh direndahkan.
Pagar pelindung rumah. Bentuk pagar rumah biasanya kayu pilihan dan juga tali pilihan. Pagar rumah itu sebagaj pelindung. Biasanya dibuat tingginya 4 sampai 5 meter. Biasanya dibuat dua pintu. Pagar seperti ini sudah jarang ditemukan sekarang. Karena semua dikasih telanjang dan hidup seperti dalam dunia terbuka dan transparan yang merusak dan hancurnya nilai-nilai hakiki dalam kehidupan orang Lani.
Hari ini kehancuran dalam kehidupan orang Lani sangat nyata. Kebun tidak terurus dengan baik. Kebun rumput tinggi, bahkan pohon-pohon tinggi dan sudah menjadi seperti hutan.
Karena sebagian orang Lani sudah dihancurkan oleh pemerintah dengan program beras orang miskin (raskin) uang bantuan tunai langsung (BTL). Rantai ketergantungan dan kemiskinan permanen yang paling kejam dan jahat diciptakan pemerintah. Tidak ada inovasi dan kreativitas tapi ada kemunduran dalam kehidupan suku Lani Orang-orang Lani sebagian tidak tahu kerja kebun, tidak tahu buat pagar, tidak tahu tanam ubi dan lain-lain.
Prinsip kehidupan kebudayaan sosialisme suku Lani, bahwa semua manusia yang ada adalah pemberian dan anugerah Tuhan dan berada, hidup, berkarya dengan harmonis, damai, terhormat, bermartabat dan manusiawi, tanpa satu orang pun direndahkan. Tetapi, sayang, nilai-nilai luhur ini sebagian sudah mulai rapuh dan terkikis.
Terima kasih. Selamat membaca.
Ita Wakhu Purom, Rabu, 24 Mei 2023
Penulis:
Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
=========
HP/WA:08124888458;
WA: 08128888712
Catatan: Tulisan ini perlu diberikan saran, koreksi, masukan, perbaikan dan kritik.