Kehidupan Kebudayaan Sosialisme Suku Lani (Part 7)j

ORANG LANI DAN KEPERCAYAAN
“NABELAN KABELAN artinya ada Kehidupan Kekal yang pernah hidup dan diyakini orang Lani dari nenek-moyang turun-temurun dalam kehidupan suku Lani. Tidak ada orang kafir dalam kehidupan bangsa Papua Barat”
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socrates Yoman
Tulisan ini bertujuan untuk membantah atau menolak pandangan dan pemikiran orang-orang asing termasuk orang Indonesia yang menilai kami bangsa Papua Barat, lebih khusus orang-orang Pegunungan dan lebih spesifik lagi suku saya orang-orang Lani adalah bangsa kafir dan tidak mengenal Tuhan dan orang-orang primitif.
Saya menolak semua mitos-mitos dan label-label atau stigma asing yang mengatakan bangsa Papua Barat di dalamnya orang-orang Papua pegunungan dan orang Lani tidak mengenal Tuhan, bangsa kafir dan penyembah berhala. Ini pandangan dan penilaian rasis, fasis yang menyesatkan.
Supaya tidak terjadi multitafsir atau salah mengartikan kepercayaan bangsa Papua Barat dari 250 suku masing-masing, maka saya berfokus dan berangkat dari suku saya sendiri, dimana di tengah-tengah mereka saya dilahirkan dan dibesarkan yaitu orang-orang Lani.
Contoh dalam kehidupan suku Lani ada kepercayaan agama mereka, yaitu “NABELAN KABELAN” yang artinya ada harapan kebangkitan kembali dan kehidupan kekal setelah kematian.
Ada dua binatang yang dilambangkan kehidupan dan kematian, yaitu, ular dan burung.Â
Ular disimbolkan harapan kehidupan kekal yang diyalini orang Lani bahwa ular biasanya berganti kulit. Ular berganti kulit artinya setelah kematian ada kehidupan kekal di masa depan.
Burung digambarkan sebagai lambang kematian. Karena burung tidak pernah berganti kulit dan burung tidak dapat memberikan harapan hidup kekal masa depan bagi orang Lani.
Dalam suku Lani yang berdiri pada NABELAN KABELAN meyakini bahwa matahari adalah mata TUHAN disiang hari dan bulan dan bintang-bintqng adalah mata TUHAN pada malam hari. Karena itu, orang Lani jarang mengambil atau mencuri barang orang lain, karena ada mata TUHAN dimana-mana dalam sepanjang hari, siang dan malam.
Bangsa Papua Barat pada umumnya dan lebih khusus suku Lani ada kehidupan yang tertib, damai dan harmonis sebagai bangsa dengan keyakinan agama-agama dan kehidupan yang berideologi sosialisme dari zaman ke zaman atau berabad-abad.
Kehidupan bangsa Papua Barat yang harmoni yang selalu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai manusia yang bermartabat dan setara dan juga kehidupan harmoni dengan alam dan juga roh-roh leluhur yang tidak pernah jauh dari kehidupan rakyat dan bangsa Papua Barat.
Dalam kehidupan bangsa Papua Barat, lebih khusus dalam suku Lani ada kepercayaan seperti 10 Hukum Tuhan yang disampaikan Tuhan melalui Musa yang tidak tertulis. Saya kutip 10 Hukum TUHAN untuk alat pembanding.Â
1. Jangan ada padamu Allah lain di hadapanmu;
2. Jangan membuat patung yang menyerupai Tuhan;
3. Ingat dan kuduskan Hari Sabat;
4. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan;
5. Hormati ayahmu dan ibumu
6. Jangan membunuh;
7. Jangan berzinah;
8. Jangan mencuri;
9. Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu;
10. Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istrinya, atau apapun yang menjadi milik sesamamu. (Keluaran 20:3-17)
Ada ajaran 10 hukum Tuhan seperti yang tertulis dalam Firman Tuhan. Firman yang benar dan berkuasa itu ada dalam kehidupan suku Lani.
Contoh nyata, bahwa dalam perang suku Lani ada penerapakan Firman yang hidup yaitu tepatnya seperti 10 hukum Tuhan. Tulisan ini saya sudah tulis dalam artikel Part 3: Orang Lani Dan Aturan Perang.
Dalam perang orang Lani ada norma-norma atau peraturan yang harus ditaati dan wajib diikuti oleh kedua kelompok yang bertikai atau berperang. Ini pencerminan dari 10 Hukum Tuhan.
(1) Dilarang membunuh anak-anak.
(2) Dilarang membunuh perempuan.
(3)Â Dilarang membunuh orang tua.
(4) Dilarang membunuh orang lumpuh.
(5) Dilarang membunuh orang buta dan tuli.
(6) Dilarang membunuh pemimpin.
(7)Â Dilarang mengambil barang-barang di medan perang sebagai barang jarahan.
(8) Dilarang memperkosa perempuan di medan perang.
Kepercayaan orang Lani yang hakiki sebagai berikut:
(1)Â Membunuh musuh harus dengan alasan yang jelas. Jangan membunuh orang tanpa dasar dan alasan yang jelas kuat.
(2) Dalam membunuh musuh dilarang hancurkan muka, kepala, potong leher, potong kaki dan tangan manusia yang dibunuh.
(3)Â Dilarang keluarkan isi perut orang yang dibunuh.
(4) Jangan membunuh orang dari bagian belakang. Manusia dibunuh dibagian dada/lambung.
(5) Setelah manusia dibunuh mayatnya dilarang keras buang dijurang.
(6)Â Dilarang disembunyikan ditempat tersembunyi.
(7) Orang yang dibunuh dilarang dibuat telanjang.
(8) Dilarang meletakkan mayatnya terlentang.
(9) Mayat orang yang dibunuh diatur posisi tidur menyamping kanan atau kiri, tetapi dilarang biarkan terlentang muka ke arah langit atau muka ke arah tanah.
(10) Setelah dibunuh pihak pembunuh berkwajiban sampaikan informasi kepada keluarga korban. Supaya keluarga korban datang mengambil jenazah dan berkabung dan mengabukannya (membakarnya).
(11) Dilarang membunuh dan wajib lindungi pemimpin kedua pihak yang sedang berperang dan bermusuhan karena pemimpin adalah simbol pelindung dan perdamaian. Kalau pemimpin dibunuh berarti kehancuran dan malapetaka bagi rakyat kedua belah pihak yang sedang berperang.
Akibat dari melanggar norma-norma perang tadi, para atau pihak pelaku mengalami musibah kutuk dan murka turun-temurun. Keturunan mereka tidak pernah selamat karena darah orang yang dibunuh itu menentut balasan.
Biasanya, musibah dan malapetaka itu berhenti ketika para pelaku kejahatan mengaku bersalah, minta maaf dan minta pengampunan dari keluarga korban.
Kepercayaan, nilai luhur dan ilahi orang Lani bahwa pemimpin adalah NDUMMA sebagai pemegang kebenaran, keadilan, kasih, kejujuran, pengharapan, pembawa angin sejuk, kenyamanan, ketenangan dan harmoni hidup. Karena itu, pemimpin sebagai Ndumma harus dilindungi, dijaga dan dihormati. Kalau orang menggamggu Ndumma berarti mengganggu seluruh penduduk orang Lani.
Dalam kepercayaan orang Lani ada seperti tertulis dalam Kitab Suci:
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).
Kedua belah pihak juga berdamai dengan cara yang unik dan bersahabat, walaupun bermusuhan. Karena pada dasarnya orang-orang Papua pada umumnya dan orang Lani lebih khusus, orang-orang paling jujur, tulus, tidak berpura-pura dan munafik. Mereka orang-orang mencintai KEDAMAIAN dan PERSAUDARAAN. Mereka berdamai dengan makan bersama dengan menyembelih beberapa ekor babi. Mereka saling bertukaran ternak babi yang mereka miliki.
Adapun daun pisang yang diatasnya diletakkan daun ubi adalah simbol perdamaian antar orang Lani yang sedang berperang. Orang-orang Lani adalah bangsa Melanesia yang sangat unik ada di planet ini.
Dalam prosesi PERDAMAIAN ini ada beberapa nilai sebagai berikut:
(1)Â Nilai PENGAMPUNAN dari dua pihak yang saling berdamai.
(2) Ada nilai KASIH.
(3) Ada nilai KEMANUSIAAN.
(4) Ada nilai KESETARAAN.
(5) Ada nilai KEADILAN.
(6) Ada nilai KEJUJURAN dan KETERBUKAAN, tidak ada unsur KEMUNAFIKAN.
(7) Ada nilai saling MENGHARGAI.
Separti ada tertulis dalam Kitab Suci, Firman Tuhan.
“Segala sesuatu yang kamu menghendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kita para nabi” (Matius 7:12).
Akhir dari tulisan ini, saya mempunyai kebanggaan khusus. “Saya bangga karena saya terlahir dalam suku orang Lani, saya lahir di tengah orang Papua gunung, saya lahir di tengah Bangsa Papua Barat, saya lahir di tengah-orang bangsa Melanesia.”
Nilai-nilai mulia ini sudah terdegradasi diikuti dengan proses perkembangan dan perubahan.
Dalam konteks ini, bangsa Papua Barat dan khusus suku Lani melihat wajah bangsa Indonesia sejak 19 Desember 1961, 1 Mei 1969, 1969 sampai sekarang ini.
Wajah kekerasan, kekejaman, penipuan, pencurian, perampokan, penyiksaan, pemenjaraan, pemerkosaan, pembunuhan yang dilakukan penguasa Indonesia atas nama keamanan dan kepentingan nasional adalah sangat paradoks dengan nilai-nilai kepercayaan bangsa Papua Barat pada umumnya dan lebih khusus suku Lani.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi orang-orang atau bangsa Indonesia hanya huruf mati sebagai dokumen yang tidak pernah diterapkan di Papua Barat. Karena, Papua Barat adalah wilayah koloni dari bangsa kolonial modern Indonesia yang menduduki, menjajah, menindas, memusnahkan bangsa Papua dengan sistematis, terstruktur, terprogram, terpadu/kolektif, masif dan meluas.
Terima kasih. Selamat membaca.
Ita Wakhu Purom, Jumat, 26 Mei 2023
Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
=========
HP/WA:08124888458;
WA: 08128888712
Catatan: Tulisan ini perlu diberikan saran, koreksi, masukan, perbaikan dan kritik.