Kita Bukan Bodoh Tapi Dibodohkan, Kita Tidak Miskin Tapi Dimiskinkan Kita Ada Kehidupan Tapi Dimatikan dan Kita Bukan Bangsa Budak Tapi Diperbudak dengan Sebuah Sistem Bangsa Kolonial
Refleksi Minggu, 25 Juni 2023
Kita Bukan Bodoh Tapi Dibodohkan, Kita tidak Miskin tapi Dimiskinkan Kita Ada Kehidupan Tapi Dimatikan dan Kita Bukan Bangsa Budak Tapi Diperbudak dengan Sebuah Sistem Bangsa Kolonial
“Mimbar-mimbar Gereja di Tanah Papua Barat jangan terlalu sibuk berbicara Jerusalem atau Israel, atau surga dan neraka, tapi berbicara TANAH Papua Barat dan manusia yang sedang dibodohkan, dimiskinkan dan disesatkan oleh penguasa kolonial modern Indonesia ini”.
Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10).
“Kebodohan menyesatkan jalan orang” (Amsal 19:3)
Kalau kita mengerti dua ayat yang dikutip ini, ada relasi antara satu pengeetian. Keduanya dapat menguatkan dan mendukung tema refleksi pada Munggu, 25 Juni 2023.
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Dia sebagai Gembala Agung dapat memelihara, melindungi dan menuntun dengan kuasa dan Kerajaan-Nya supaya orang-orang percaya dan beriman tetap “mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” yang tetap berada dalam penggembalaan kekuasaan-Nya. Yesus mengatakan dengan tegas kepada kita:
“Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi-bagi domba-dombanya” (Yohanes 10:11).
Kita kembali pada tema refleksi ini. Dalam konteks kehidupan rakyat dan bangsa Papua Barat, terutama Penduduk Orang Asli Papua (POAP) terjadi kekejaman dan kejahatan penguasa Indonesia di depan mata Gereja TUHAN.
(1) KITA (POAP) BUKAN BODOH TAPI DIBODOHKAN;
(2) KITA (POAP) TIDAK MISKIN TAPI DIMISKINKAN,
(3) KITA (POAP) ADA KEHIDUPAN TAPI DIMATIKAN;
(4) DAN KITA (POAP) BUKAN BANGSA BUDAK TAPI DIPERBUDAK DENGAN SEBUAH SISTEM BANGSA KOLONIAL”.
Kita semua tahu penguasa Indonesia menduduki dan menjajah dan menindas rakyat dan bangsa Papua Barat, melalui invansi militer sejak 19 Desember 1961, Perjanjian New York 15 Agustus 1962, 1 Mei 1963 dan melalui kebohongan atau kecurangan (fraudulent) pelaksanaan Pepera 1969.
Sebelum proses politik yang curang, brutal dan kejam ini, rakyat dan bangsa Papua Barat ada kehidupan, ada pemimpin, ada keteraturan, ada kepemilikan yang jelas, ada pendidikan, ada nilai-nilai luhur yang diwariskan dan dirawat dengan ilmu pengetahuan yang ada turun-temurun.
Penguasa Indonesia sebagai bangsa kolonial modern, mulai membakar buku-buku sejarah POAP, memproduksi stigma dan label-label negatif, yaitu separatis, makar, opm, kkb, teroris yang berbasis rasisme sebagai proses pembodohan dan penaklukkan terhadap POAP.
Indonesia tampil sebagai penjajah (colonizer) dan juga penakluk kejam (awful conqueror) dengan merampok tanah-tanah sumber pendapatan dan kehidupan POAP.
Kita lihat di seluruh TANAH Papua Barat dari Sorong-Merauke, di mana-mana ada tulisan TANAH milik, TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Kepolisian.
Pertanyaan kita ialah apakah TNi AD, AL, AU dan Kepolisian membawa TANAH atau memindahkan TANAH dari pulau Jawa ke Papua Barat sehingga mengkleim TANAH milik mereka?
Penduduk Orang Asli Papua (POAP) diduduki, diperbudak, dibodohkan, dimiskinkan, dilumpuhkan, disingkirkan, dilemahkan, dihancurkan, dimutilasi, diusir dari TANAH leluhur, ditembak mati dan dengan berbagai bentuk kejahatan, ketidakadilan dan rasisme.
Keadaan yang kejam dan brutal Indonesia ini yang disebutkan Tuhan Yesus Kristus bahwa “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” ( Yohanes 10:10).
POAP dibodohkan, dimiskinkan, diperbudak, dijajah, dilumpuhkan, disingkirkan dan TANAH-TANAH dirampok dan dicuri oleh para penguasa Indonesia.
Dari banyak para perampok dan pencuri telah terbuka untuk umum seperti yang disebutkan nama-nama yang tertulis ini
(1) Jenderal TNI Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Kabinet Kerja pada Juli 2016 dan dipilih kembali pada masa Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Ir. Joko Widodo.
(2) Letnan Jenderal TNI Hinsa Siburian adalah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Darat lulusan terbaik Akmil tahun 1986. Sejak 18 Agustus 2015 sampai dengan 25 April 2017 ia menjabat sebagai Pangdam XVII/Cenderawasih menggantikan Mayjen TNI Fransen G. Siahaan.
(3) Letnan Jenderal TNI Drs. Muhammad Munir adalah seorang pensiunan tentara Indonesia. Terakhir berdinas ia menjabat sebagai Sekjen Wantannas. Munir pernah menjabat sebagai Wakasad pada tahun 2013 hingga 2015. Saat itu dia didapuk sebagai orang nomor dua di TNI-AD menggantikan Letjen TNI Moeldoko yang menjadi KSAD.
(4) Letnan Jenderal TNI Dr. Doni Monardo adalah seorang purnawirawan TNI-AD yang Sekarang Menjabat Sebagai Ketua umum PPAD Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Doni, lulusan Akademi Militer 1985 ini berpengalaman dalam bidang infanteri.
(5) Letnan Jenderal TNI Dr. H. Agus Surya Bakti, M.IKom. adalah seorang Purnawirawan perwira tinggi TNI-AD yang terakhir menjabat sebagai Sesmenko Polhukam. Agus SB, merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1984 ini berpengalaman dalam bidang Infanteri.
(6 Komjen. Pol. Drs. Bambang Sunarwibowo, SH, M.Hum. adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 3 Maret 2020 menjabat sebagai Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara. Selain itu beliau juga menjabat Ketua Harian Pengurus Besar Esports Indonesia Bambang, lulusan Akpol 1988 ini berpengalaman dalam bidang intel.
(7) PT IJS milik Tito Karnavian kuasai 18.587,05 hektar lahan sawit di Merauke, izin diteken Bupati Merauke pada HUT Bhayangkara ke-67.28 Oktober 2022.
Mendagri Tito Karnavian yang dikenal sebagai sosok paling radikal dalam memperjuangkan pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua, ternyata menguasai tanah di Merauke seluas 18.587,05 hektar yang dijadikan lahan perkebunan Kelapa Sawit.
Refleksi ini disampaikan dalam semangat untuk menghidupkan kembali peran suara profetis dari mimbar-mimbar Gereja di TANAH Papua Barat.
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk MENGAJAR, untuk MENYATAKAN KESALAHAN, untuk MEMPERBAIKI KELAKUAN dan untuk MENDIDIK ORANG DALAM KEBENARAN” (2 Timotius 3:16).
Sebaiknya atau sebenarnya, mimbar-mimbar Gereja di seluruhTANAH Papua Barat menghadirkan Kerajaan Allah di TANAH Papua Barat, bukan menjauhkan Kerajaan Allah di langit atau di awan-awan.
“….datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi ( di TANAH Papua Barat” seperti di sorga” (Matius 6:10).
Franky Sahilatua mengajak kita untuk menghadirkan Kerajaan Allah untuk memperbaiki TANAH Papua Barat, “surga kecil yang jatuh di bumi…” yang sedang dihancurkan secara sistematis dengan sistem kolonial modern Indonesia.
Mimbar-mimbar Gereja di TANAH Papua Barat harus menegur, memperbaiki, memperbaiki, meneguhkan, mendidik dan menguatkan seluruh umat Tuhan dengan kuat kuasa terang Injil Yesus Kristus.
Gereja harus memainkan peran utama untuk menjadi garam dunia dan terang dunia untuk menerangi dan mengarami keadaan Penduduk Orang Asli Papua (POAP) diduduki, diperbudak, dibodohkan, dimiskinkan, dilumpuhkan, disingkirkan, dilemahkan, dihancurkan, dimutilasi, diusir dari TANAH leluhur, ditembak mati dan dengan berbagai bentuk kejahatan, ketidakadilan dan rasisme.
“Kamu adalah garam dunia. Kamu adalah terang dunia” (Matius 5:13-16).
Tuhan memberkati.
Ita Wakhu Purom, Minggu, 25 Juni 2023
Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
=========
HP:08124888458;
WA: 08128888712