Komitmen Bangun Kampung Asuon, Barnabas S Baru Minta Pemkab Tambrauw Perhatikan Akses Jalan
TAMBRAUW, PAPUASPIRITNEWS.COM-Pemerintah Kampung Asuon Distrik Ases Kabupaten Tambrauw Papua Barat Daya komitmen membangun kampung melalui dana desa yang digelontorkan pemerintah Joko Widodo sejak 2015 hingga saat ini.
Kepala Kampung Asuon, Barnabas S Baru saat ditemui mengatakan sejak dirinya dilantik sebagai kepala kampung Asuon pada 10 Juni 2015 sedangkan nomor register kampung Asuon sudah keluar tahun 2014.
Sebelum membangun rumah warga dan fasilitas lainnya diawali pembersihan lokasi kampung Asuon pada 14 Oktober 2015.
“Jadi, kampung Asuon ada diwilayah berbatasan dengan wilayah distrik Mare Kabupaten Maybrat dan Tambrauw. Kita mulai membangun di tahun 2015 dengan Anggaran Dana Desa (ADD) sebesar Rp 200 juta dibangun 2 unit rumah semi permanen, 2016 terima ADD sebesar Rp. 500 juta berhasil bangun 3 unit rumah semi permanen dan MCK 1 unit, tahun 2017 terima ADD sebesar Rp 600 juta berhasil bangun 1 unit rumah permanen ukuran 6×7, tahun 2018 terima ADD sebesar Rp bangun 2 unit rumah permanen dan 1 MCK dan air bersih, tahun 2019 itu bangun bak air 2×2 meter tarik air bersih sekitar 400 meter untuk kebutuhan warga, tahun 2019, 2020 dan 2021 itu pandemi Covid-19 jadi dana yang dikurangi dan bangun rumah singgah di fef termasuk, dapur dan air bersih.
Sedangkan di tahun 2022, selain pemotongan dana untuk covid-19 tetapi juga bangun rumah singgah di kampung Kombif Distrik Mare kabupaten Maybrat
Sehingga rumah yang dibangun sejak dirinya jabat sebagai kepala kampung asuon sebanyak 10 unit rumah, dengan jumlah 50 Kepala Keluarga (KK) dan 400 jiwa”,terang Barnabas S Baru Minggu, (8/1/2023)
Menurutnya, 10 unit rumah yang sudah dibangun itu bisa diisi KK yang ada tetapi hanya terkendala akses jalan yang belum masuk di Asuon. Kalau ada akses jalan, bisa mempermudah akses pelayananà pendidikan, kesehatan, arus masuk keluar barang dan orang termasuk ekonomi.
“Kami konitmen membangun kampung hanya terkendala akses jalan, biaya transportasi yang tinggi belanja bahan bangunan lewat distrik Mare dan sewa tenaga pikul warga masyarakat dengan harga yang berfariasi sesuai jenis bahan seperti semen 1 sak Rp. 1 juta, senk Rp. 30 ribu perlembar, dan lainnya”,sebutnya.
Di tahun 2017, akses jalan sudah masuk di Ases maka tenaga pikul dari mare datang tidur di asuon muat bahan bangunan hanya tempuh 5 km
Sedangkan tahun 2015 dan 2016, itu bahan bangunan droup di mare dan sewa tenaga pikul ke asuon dengan harga pikul berfariasi sesuai jenis dan bahan bangunan.
Bukan hanya itu, menurutnya selain sewa tenaga pikul, bahan lokal seperti pasir, batu, kayu, tenaga tukang, transportasi kendaraan dari sorong, belanja bahan bangunan dengan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
“Jadi, anggaran dana desa yang dikucurkan pemerintah dengan tujuan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa atau kampung baik di sektor pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat dan lainnya.
Untuk itu, dirinya berharap kepada pemerintah agar bantuan yang diberikan, tidak hanya memperhatikan data penduduk tetapi juga jangkauan dan kesulitan yang dihadapi warga masyarakat disetiap wilayah, distrik dan kampung-kampung.
Karena tingkat kesulitan antara kota dan pedalaman itu pasti tidak sama. Maka anggaran juga sesuaikan dengan tingkat kesulitan itu”,harap Barnabas. (ES)