LP3BH Manokwari, apresiasi atas terpilihnya Paus Pemimpin Gereja Katolik di Dunia yang ke-267 dengan nama Paus Leo XIV

SORONG, PAPUASPIRITNEWS.COM-Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari, sebagai salah satu Organisasi Masyarakat Sipil/OMS (Civil Society Organization/CSO) di Manokwari, Tanah Papua (Papua Land) atau the Bird of Paradise Island, dengan ini menyampaikan apresiasi serta hormat dan selamat banyak atas terpilihnya Kardinal Robert Francis Prevost, OSA (69), Kamis di Vatikan, Roma, Italia sebagai Pemimpin Gereja Katolik di Dunia yang ke-267 dengan nama Paus Leo XIV.
Terpilihnya Kardinal Prevost kelahiran Chicago, Amerika Serikat keturunan Prancis ini menandai keteguhan dari keberlanjutan langkah serta visi mendiang Paus Fransiskus terhadap Perdamaian Dunia.
Visi Paus Leo XIV untuk menyerukan damai melalui pelucutan senjata serta mengedepankan jalan damai melalui penyelenggaraan dialog yang setara seyogyanya menjadi perhatian para pemimpin bangsa di seluruh dunia.
Termasuk di dalamnya Pemimpin Bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Wilayah konflik seperti Tanah Papua yang sudah berlangsung lebih dari 50 tahun sejak integrasi politik 1 Mei 1963 yang senantiasa menjadi akar dan asal muasal perbedaan pandangan antar rakyat Papua mayoritas dengan negara ini seyogyanya diakhir melalui jalan damai.
Hal itu sudah termaktub di dalam konsideran huruf e dan huruf g dari Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 21 Tahun 2001 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.
Ruang dialog dan penyelesaian perbedaan pandangan mengenai sejarah integrasi Tanah Papua ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebenarnya sudah tersedia secara konstitusional di dalam amanat pasal 46 Undang Undang Otsus Papua tersebut.
Dengan demikian maka semangat dan roh yang tersampaikan melalui pernyataan awal Paus Leo XIV saat memberikan sambutannya sebelum memberkati Dunia dan Bangsa (Ubi et Orbi) seharusnya menjadi sebuah “cemeti” bagi seluruh Pimpinan Bangsa dan Negara di Dunia dewasa ini.
“Terutama di negara yang masih terjadi konflik yang senantiasa menempatkan rakyat lokal dan pemilik Tanah Ulayat sebagai korban seperti halnya Tanah Papua di Indonesia”,terangmya. [engels]