Papua Barat Merdeka dari 5 mata ( Five Eyes)
INDIAN DI AMERIKA, ABORIGIN DI AUSTRALIA, MAORI DI SELANDIA BARU, QUEBEC DI KANADA, ORANG ASLI PAPUA BARAT DI INDONESIA
(Hai para pejuang bangsa Papua Barat, “Bertolaklah ke tempat yang dalam (ke China) dan terbarkanlah jalamu (ke China) untuk menangkap ikan” (Likas 4:4).
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socrates Yoman
Para pejuang Papua Barat merdeka selama 60 tahun lebih berjuang di Negara-Negara Kapitalis atau Negara Five Eyes (Lima Mata), Inggris, Amerika, Kanada, Australia dan Selandia Baru (New Zealand) yang memiliki relasi ekokomi yang kuat dengan Indonesia.
Negara-negara Five Eyes menduduki, menjajah dan menindas penduduk asli tanpa ampun. Penduduk Asli dimusnahkan dengan sistematis, terstruktur, terprigram, terpadu/terintegrasi, masif, meluas dan kolektif. Penduduk Asli tidak pernah diberikan ruang secara memadai dan yang layak.
Sementara Di New Zealand bisa bernafas sedikit, karena ada Perjanjian yang disebut Treaty of Waitangi. Perjanjian Waitangi merupakan perjanjian yang ditandatangani di Waitangi, Bay of Islands, Selandia Baru, pada tanggal 6 Februari 1840. Perjanjian ini mendirikan kegubernuran Inggris di Selandia Baru, dan mengakui kepemilikan Māori atas tanahnya.
Perjanjian Waitangi di Selandia Baru antara Kerajaan Inggris dengan para tua Suku Maori ini hampir sama dengan Indonesia, Undang-undang Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001 untuk empat hal pokok:
(1) Recognition (Pengakuan) terhadap Penduduk Orang Asli Papua (POAP);
(2) Protection (Perlindunga) POAP; dan
(3) Empowering (Pemberdayaan) POAP;
(4) Affirmation Action (Keberpihakan) POAP.
Dan ditambah lagi Konstitusi Negara Republik Indonesia Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001 pada Bab XVII Pasal 46 ada dua butir:
(1) Dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa di Provinsi Papua dibentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
(2) Tugas Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah:
(a) melakukan klarifikasi sejarah Papua untuk pemantapan persatuan san kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
(b) merumuskan dan menetapkan langkah-langkah rekonsiliasi.
Sayang, UU Otsus No 21 Tahun 2001 dengan tujuan mulia dan mendamaikan yang merupakan win win solution/settlement (penyelesaian menang-menang) ini gagal total dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia yang berwatak rasis dan berkultur militeristik.
Sedangkan rakyat Quebec di Kanada berjuang untuk merdeka, tapi perjuangan bertahun-tahun itu belum pernah sukses karena kekuasaan Pemerintah Kanada dan faktor pendukung maupun faktor hambatan lain dalam internal rakyat Quebec.
Kemudian kehidupan Penduduk Indian di Amerika dan Penduduk Aborogin di Australia sangat buruk karena perlakuan diskriminasi rasial dari bangsa rasialis dan kapitalis yang paling kejam dari para penguasa kulit putih.
Para Pejuang Papua Barat merdeka sudah 60 tahun tinggal dan berjuang di Negara-negara Five Eyes (Inggris, Amerika, Kanada, Australia, New Zealand) yang mempunyai kepentingan ekonomi sangat besar di Indonesia dalam perspektif Negara/Pemerintah.
Sementara rakyat sipil, NGO, Gereja-gereja dan beberapa anggota Parlemen dan akademisi dari negara-negara Fives ada yang bersimpati dan mendukung perjuangan rakyat dan bangsa Papua Barat merdeka.
Kenudian Amerika punya tambang emas di Mimika Freeport McMoran, Australia dengan Rio Tinto, Inggris dengan British Petrolium (BP) di Bintuni, dan masih banyak lagi kepentingan Five Ayes di Indonesia.
Berjuang Papua Barat merdeka di negara-negara Kapitalis dan Fives Ayes, ini sama saja, para pejuang memelihara, merawat kekerasan, kejahatan, dan pemusnahan Penduduk Orang Asli Papua (POAP).
Penguasa pemerintah Indonesia dengan dengan negara-negara Five Eyes ada Perjanjian Kontrak Politik dan ekonomi. Penguasa Indonesia berkewajiban dan bertanggungjawab jaga tambang emas dan gas milik Amerika, Inggris dan Australia di Tanah Papua Barat.
Penguasa Indonesia dengan kekuatan militer dan kepolisian Indonesia dengan ringan tangan, tanpa merasa dosa dan salah menembak mati POAP karena negara-negara Fives Eyes mengawasi dan mengatakan: Indonesia jaga tambang emas dan gas kami dan kami dukung Indonesia menjajah, menindas dan memusnahkan POAP.
Untuk memotong rantai dan spiral kekerasan ini, para pejuang Papua Barat merdeka sebaiknya membuang jala ke China. Karena Xi Jinping tidak punya beban politik dan beban sejarah. China tidak pernah terlibat dalam proses politik wilayah Papua Barat dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia dengan moncong senjata.
Tantangan besar bagi para pejuang Papua Barat merdeka ialah harus memenuhi syarat dari Xi Jinping, yaitu apakah ada tokoh kredibel diantara pejuang Papua Barat merdeka yang bisa diterima oleh Xi Jinping?
Syarat yang akan diminta oleh Xi Jinping bukan apa yang akan diberikan oleh rakyat dan bangsa Papua Barat kepada Xi Jinping, tapi siapa yang pantas dan layak dipercaya oleh Xi Jinping? Yang saya persoalan ialah apakah ada tokoh diantara pejuang Papua Barat merdeka yang memenuhi kriteria yang diharapkan Presiden China Xi Jinping?
Doa dan harapan saya, para pejuang Papua Barat merdeka tinggalkan negara-negara Fuve Eyes dan arahkan dayung perahu untuk berlayar ke China untuk menyebarkan jala di China supaya rakyat dan bangsa Papua Barat memperoleh ikan-ikan.
Pertanyaan paling penting ialah apakah rakyat dan bangsa Papua Barat tetap menunggu dan mengharapkan kemerkaan dikasih oleh dunia Kapitalis Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat atau mau buang jala ke Sosialis Blok Timue yang dipimpin China?
Ataukah mau mempertahankan kedua-duanya, yaitu Blok Barat Kapitas dan Blok Timur Sosialis?
Silahkan pilih karena dalam pilihan ini para pejuang Papua Barat merdeka diminta untuk makan buah SIMALAKAMA. Makan buah simalakama artinya keadaan yang serba sulit atau sangat sulit untuk diputuskan.
Tetapi, ingat, Tuhan Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
Artinya, di dalam Tuhan Yesus Kristus ada jalan terbuka, asal saja percaya dan mengandalkan kuasa Tuhan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus, tapi bukan kuasa dan ego kelompok dan ego pribadi ataucperorangan.
Selamat membaca. Tuhan memberkati.
Ita Wakhu Purom, Sabtu, 20 Mei 2023
Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua, Pendiri, Pengurus dan Anggota Dewan Gereja Papua (WPCC), Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC) dan Anggota Baptist World Alliance (BWA).
Catatan: Tulisan ini perlu diberikan saran, koreksi, masukan dan perbaikan.
Editor: Redaksi
More