Persembahan Dan Persepuluhan Dalam Gereja Dari Pro NKRI Dan Pro Papua Merdeka
Jayapura, papuaspiritnews.com-Gembala DR. A.G. Socratez Yoman Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua menegaskan kesalahan fatal dan kekeliruan terbesar dalam gereja selama ini harus diperbaiki dalam terang Injil adalah kekuatan Allah.
“Jadi, dalam kehidupan Penduduk Orang Asli Papua (POAP) ada dua kelompok manusia, yaitu ada yang mendukung NKRI dan ada yang berjuang atau mendukung Papua Barat merdeka. Dua kelompok ini sama-sama ke gedung ibadah sebagai Gereja Tuhan tubuh Kristus untuk bersekutu, bersaksi dan melayani”,ungkap Socratez S Yoman dalam keterangannya yang diterima PSN Senin, (14/11/2022)
Kedua kelompok pro NKRI dan pro Papua Merdeka kata dia pada saat memberikan persepuluhan, persembahan, kotak penginjilan, kotak diakonia, kotak pembangunan, pro NKRI dan pro Papua Merdeka sama-sama memberikan berkat Tuhan yang ada pada mereka.
Tetapi, ada beberapa kesalahan Fatal dari gereja-gereja Tuhan diantaranya pada saat pemimpin Gereja, pendeta, gembala dan majelis gereja memimpin doa penggembalaan dari mimbar dengan setia dan teratur berdoa untuk pemerintah pusat sampai kepada pemerintah terendah atau kecil di kampung-kampung. Pada saat yang sampai dan dari waktu ke waktu dari mimbar mengabaikan dan melupakan orang-orang pro Papua Merdeka, TPN-PB, KNPB, ULMWP dan organ-organ perjuangan Papua Merdeka lainnya.
“Pada saat bendahara, majelis, pendeta dan gembala menghitung uang-uang itu, mereka tidak pernah pisahkan uang dari orang-orang pro-NKRI dan Pro-Papua Merdeka.
Pada saat bendahara dan majelis memberikan honor atau gaji kepada Pendeta dan gembala juga tidak pernah jelaskan di sini ada uang dari umat Tuhan yang pro NKRI dan Pro Papua Merdeka.
Untuk mengatasi ini, kata Socratez S Yoman yang Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik dan Anggota Baptist World Alliance (BWA) bahwa ada beberapa pertanyaan, apakah gereja-gereja harus buat kantong persembahan dan persepuluhan berbeda, yaitu Pro NKRI dan Pro Papua Merdeka?
Apakah persembahan dan perpuluhan dari rakyat pro Papua Merdeka dianggap “haram” di hadapan pendeta dan gembala?
Apakah para pemimpin gereja, pendeta dan gembala mengubah paradigma lama yang sempit dan kerdil itu dan memiliki paradigma baru untuk mendoakan rakyat pro NKRI dan pro-Papua Merdeka?
Apakah para pemimpin gereja, pendeta dan gembala mau mengubah pandangan teologi melihat dan mendoakan umat Tuhan pro NKRI dan pro Papua Merdeka dari mimbar-mimbar gereja?
“Sehingga dilihat, pemimpin gereja, pendeta dan gembala selama ini gagal faham. Karena, Tuhan tidak melarang Papua Merdeka. Alkitab tidak melarang Papua merdeka. Gereja tidak melarang Papua merdeka. Orang Kristen tidak melarang Papua merdeka. Perspektif HAM tidak melarang Papua Merdeka.
Tetapi, yang dilarang keras oleh Tuhan, Alkitab, gereja, orang Kristen, dan dalam konteks HAM, yaitu: “Jangan membunuh dan jangan mencuri” (Keluaran 20:13,15)”,tegasnya.
Para pemimpin gereja, pendeta dan gembala selama ini ucap dia sudah terjebak, terperangkap, terpenjara, dan terkurung dalam cara pandang Negara yaitu NKRI harga mati dan pejuang Papua Merdeka ditempatkan dalam posisi musuh Negara.
“Untuk itu, sudah waktunya Gereja harus membebaskan diri dari pengaruh ideologi dan kepentingan penguasa Indonesia yang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa Papua Barat. Gereja harus berdiri secara otonom, mandiri, independen, dan terpisah dari pengaruh negara”,tutup Socratez S Yoman (ES)