Presiden RI, Ir. Joko Widodo Ikut Berperan Aktif Membantu Memperkenalkan Akar Konflik Papua Barat Kepada Komunitas Internasional
“JANGAN masalah kecil dibesar-besarkan. TETAPI, fakta hari ini, yang membesar-besarkan, menyebar-luaskan, memperkenalkan, mengumumkan, dan mengkampanyekan akar konflik Papua Barat adalah pemerintah Indonesia, TNI-Polri, dan kaum gladiator dan komprador. Sikap negara sangat membantu dan memperkuat bahwa di Papua Barat ada masalah atau persoalan besar”.
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman
Pada 14 Juli 2023, saya menulis artikel dengan judul: Kebohongan/Hoax & Kejahatan Indonesia Berjalan Telanjang di Tanah Papua Barat: APAKAH BENAR IR. JOKO WIDODO MENGATAKAN 99% AMAN & TIDAK ADA MASALAH DI PAPUA BARAT?”
Melalui artikel ini, saya sudah bahas tiga hal dari pernyataan Ir. Joko Widodo Presiden RI pada 7 Juli 2023,
1. Melihat positif dan jangan lihat negatif-negatif;
2. Papua Barat aman-aman saja;
3. Tidak ada masalah di Papua Barat; dan
4. Jangan masalah kecil dibesar-besarkan.
Saya mengutip pernyataan Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo pada 7 Juli 2023 di Jayapura mengatakan 99% di Papua Barat aman dan tidak ada masalah.
“Jangan dilihat (negatif). Karena memang secara umum, 99 persen itu gak ada masalah. Jangan masalah kecil dibesar-besarkan. Semua di tempat, di manapun, di Papua kan juga aman-aman saja”.
“Kita karnaval juga aman, kita ke sini juga gak ada masalah, ya kan? Kita malam makan di restoran juga gak ada masalah. Jangan dikesankan justru yang dibesarkan yang negatif-negatif. Itu merugikan Papua sendiri”.
Api kecil biasanya membakar atau menghanguskan rumah-rumah dan gedung-gedung besar atau menghanguskan hutan besar. Duri kecil biasanya membuat luka bernanah. Jarum kecil tertusuk rasanya sangat sakit. Semut kecil bisa membuat sebuah lobang bangunan gedung besar. KARENA itu, jangan meremehkan hal-hal kecil. Si kecil Daud pernah mengalahkan Goliat yang sombong, angkuh dan tinggi hati yang mengandalkan kekuataannya.
Jadi, secara logika dan realitas saat ini, bahwa yang membesar-besarkan, menyebar-luaskan, memperkenalkan, mengumumkan, ,& mengkampanyekan akar konflik Papua Barat adalah pemerintah Indonesia, TNI-Polri, dan kaum gladiator dan komprador. Sikap negara sangat membantu dan memperkuat bahwa di Papua Barat ada masalah atau persoalan besar.
Saya ambil contoh.
Presiden RI, Ir. Joko Widodo dengan rombongan ke Austalia pada 4-5 Juli 2023 dan pada 5 Juli 2023 ke PNG dan berkunjung ke Papua Barat pada 5-7 Juli 2023, adalah Negara sedang kampanyekan dan meyakinkan kepada komunitas internasional ada masalah yang harus diselesaikan.
Kunjungan Wakil Presiden RI pada 13-15 Juli 2023 di Papua Barat juga bagian dari membesar-besarkan akar persoalan Papua Barat di mata rakyat Indonesia dan komunitas global.
Kunjungan Presiden RI, Ir. Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin memperlihatkan, membesar-besarkan, menyebar-luaskan, memperkenalkan, mengumumkan, & mengkampanyekan, bahwa di Papua Barat ada masalah-masalah besar yang perlu ditangani serius.
Pemerintah Indonesia belum atau tidak mengijinkan Komisioner Tinggi HAM PBB berkunjung ke Papua Barat; dan wartawan asing dan diplomat asing tidak diijinkan ke Papua juga menunjukkan bahwa ada persoalan besar yang sedang disembunyikan penguasa Indonesia.
Pengiriman pasukan dalam jumlah besar di Papua Barat juga adalah bukti pemerintah ikut membesar-besarkan, menyebar-luaskan, memperkenalkan, mengumumkan, & mengkampanyekan, bahwa di Papua Barat ada masalah.
Penyanderaan pilot Philip Mark Mehrthens dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) oleh pimpinan Egianus Kogeya pada 7 Februari 2023 dan masih disandera ini terbukti bahwa di Tanah Papua Barat ada masalah besar, bukan masalah kecil atau tidak ada masalah.
Di Papua Barat, ada masalah konflik bekepanjangan dan akar konflik sudah ditemukan oleh LIPI/kini BRIN.
Persoalan konflik berkepanjangan, ketidakadilan, tragedi kemanusiaan ini sudah ke tingkat 99%.
Oleh karena itu, lebih baik negara menyelesaikan akar konflik masalah Papua sudah menjadi luka MEMBUSUK dan BERNANAH di dalam tubuh bangsa Indonesia yang sudah berhasil dirumuskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sekarang sudah diubah menjadi Badan Ruset Inovasi Nasional (BRIN) yang sudah tertuang dalam buku Papua Road Map, yaitu 4 akar persoalan sebagai hasil dari kebijakan RASISME dan KETIDAKADILAN sebagai berikut:
(1) Sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia;
(2) Kekerasan Negara dan pelanggaran berat HAM sejak 1965 yang belum ada penyelesaian;
(3) Diskriminasi dan marjinalisasi orang asli Papua di Tanah sendiri;
(4) Kegagalan pembangunan meliputi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Papua.
Saya secara konsisten dan terus-menerus mengutip apa yang digambarkan oleh Prof. Dr. Franz Magnis dan Pastor Frans Lieshout, OFM, tentang keadaan yang sesungguhnya di Papua.
“Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu terutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia…kita akan ditelanjangi di dunia beradab, sebagai bangsa biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata.” (Sumber: Prof. Dr. Franz Magnis: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme Bunga Rampai Etika Politik Aktual, 2015:255,257).
“Orang Papua telah menjadi minoritas di negeri sendiri. Amat sangat menyedihkan. Papua tetaplah luka bernanah di Indonesia.” (Sumber: Pastor Frans Lieshout,OFM: Guru dan Gembala Bagi Papua, 2020:601).
Selamat membaca. Tuhan memberkati.
Waa…..Waa……Kinaonak!
Ita Wakhu Purom, 15 Juli 2023
Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua, Pendiri, Pengurus dan Anggota Dewan Gereja Papua Barat (WPCC), Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC) dan Anggota Aliansi Baptis Dunia (BWA).
===========
Kontak: 08124888458 (WA)
08128888712 (HP)