Respon Para Pembaca, Terima Kasih Jadi Tahu Sejarah Papua
(Ada seorang teman pendatang yang sudah lama saya kenal, sudah 21 tahun di Papua sejak tahun 2002, setelah membaca artikel saya pada 21 Januari 2023 yang berjudul: PAPUA BUKAN WILAYAH INDONESIA KARENA WILAYAH PAPUA DIRAMPOK SECARA ILEGAL DENGAN KEKERASAN SENJATA SEJAK 19 DESEMBER 1961, 1 MEI 1963 DAN PEPERA 1969: mengatakan: Terima kasih jadi tahu sejarah)
Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman
“Terima kasih jadi tahu sejarah.” Tanggapan ini merupakan salah satu dari beberapa orang yang mengaku, bahwa mereka dapat belajar dan mengetahui fakta sejarah yang sebenarnya.
Pada Rabu, 9 September 2020, seorang teman dan sahabat seperti orang Samaria yang baik hati dari pulau Jawa, setelah menerima buku penulis berjudul: “MELAWAN RASISME DAN STIGMA DI TANAH PAPUA” memberikan dukungan doa dan moril sebagai berikut:
“Terima kasih Bapak Socratez, “pena” Anda menjadi berkat! Kini saya mulai dicelikkan sejarah dan hakekat Bangsa Papua Barat. Mungkin saya tidak bisa membantu apapun, tapi kebenaran yang saya terima pasti saya teruskan.Selamat melayani, Bapak Gembala!
Tulisan ini bertujuan untuk mendidik generasi muda Indonesia tentang sejarah pendudukan dan penjajahan Indonesia atas rakyat dan bangsa West Papua dari Sorong-Merauke selama 57 tahun sejak 1 Mei 1963 hingga tahun 2020.
Diharapkan generasi muda Indonesia tidak mewarisi dan memikul beban sejarah penjajahan yang tidak benar, bengkok, dan busuk. Sejarah kolonialisme Indonesia di era moderen atas bangsa West Papua harus dibuka kepada publik Indonesia dan komunitas global.
Ada bukti respon positif dari teman-teman dari luar Papua setelah membaca Artikel, Opini, Fakta, Realitas dan Perspektif saya tentang kejahatan Negara yang menyebabkan pelanggaran berat Hak Asasi Manusia selama 57 tahun sejak 1 Mei 1969-2020 dan juga yang membaca buku penulis yang berjudul: OTONOMI KHUSUS PAPUA TELAH GAGAL: Kesejahteraan Bukan Akar Masalah. UP4B Bukan Solusi. Kekerasan Kemanusiaan Berakar. Terjadi Pemusnahan Etnis Melanesia. Status Politik dan Sejarah Integrasi Adalah Akar Masalah Papua” (Yoman:2012).
<span;>1. FF ( 6 September 2020).
“Terima kasih pak. Bukunya saya sudah terima. Saya baru membaca satu buku tentang Otsus Papua Telah Gagal dan rasanya saya tdak sanggup lagi melanjutkan untuk baca buku berikutnya. Karena saya baru mengerti dan sekaligus kaget atas informasi yang bapak tulis dalam buku tersebut. Berita-berita seperti dalam buku bapak itu tertutup bagi kami selama ini. Saya sekarang sadar bahwa masalah Papua sangat serius dan betapa berdosanya bangsa Indonesia yang menindas umat Tuhan yang tidak bersalah di tanah Papua. Dua hari ini saya tak henti-hentinya menangis setelah mengetahui umat Tuhan di Papua di tindas selama ini.”
Buku ini kaya informasi tentang kejahatan Negara yang menyebabkan pelanggaran berat Hak Asasi Manusia di Papua. Bobot buku ini hampir sama dengan buku penulis yang berjudul: “PEMUSNAHAN ETNIS PAPUA: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan di Papua Barat” (Yoman:2007). Buku Pemusnahan Etnis Melanesia dilarang pemerintah Indonesia untuk peredarannya.
Para pembaca ingin memiliki informasi yang benar tentang kejahatan Indonesia yang digambarkan dalam dua buku ini, bisa kontak langsung bagian promosi dan pemasaran Maiton Gurik nomor kontak: 081258915274.
2. FK ( 4 September 2020).
Ada pula komentar seorang teman dari luar Papua sesudah membaca buku penulis berjudul: MELAWAN RASISME DAN STIGMA DI PAPUA: Kumpulan Catatan Seorang Gembala” (Yoman:2020).
“Dari buku ini saya mendapat banyak pencerahan akan situasi dan kondisi Papua yang tidak banyak dipublikasikan oleh media. Misalnya, pembunuhan 4 (empat) siswa di Paniai pada 8 Desember 2014, berbagai pembunuhan yang dilakukan oleh TNI-Polri dengan alasan demi keamanan nasional. Saya setuju dengan Socratez bahwa, nyawa manusia lebih berharga dan bahkan jauh sangat berharga dari pada keamanan nasional. Keamanan tidak bisa ditempuh dengan cara mencabut nyawa manusia. Ini salah dan tidak bisa dibenarkan.”
3. VB ( 8 November 2019)..
“Terimakasih bapak karena share artikel-artikel. Saya jadi terus mendapat perspektif lain soal Papua, dibanding yang selama ini pemerintah Indonesia katakan.”
4. SBD ( 8 Oktober 2019).
“Saya sering baca tulisan bapak di Facebook. Sangat berimbang, Karena saya yakin bapak membuat tulisan dengan fakta dan sesuai riset.”
“Selama ini, Saya dan mungkin orang lain yang kebanyakan tinggal diluar Papua hanya mendapat berita dari satu arah saja.”
“Sekarang saya sangat beruntung bisa berteman dengan bapak dan dapat menerima berita terbaru dan kondisi Papua.”
“Tindakan yang sangat tepat sekali, saya sangat setuju sekali kalau kita semua bertindak atas dasar kemanusiaan walaupun keyakinan dan keimanan kita berbeda.”
5. S (2 November 2019).
“Napuluk waa (anak terima kasih) kamu termasuk ahli sejarah dan rajin membaca baik sejarah Papua/Indonesia maupun dunia/Afrika.”
“Bapak sampe cape baca tulisanmu karena sangat banyak.”
“Bapak juga lihat di youtube diwawacarakan oleh seorang wanita non Papua. Good!!!
Tulisan George Saa juga bagus. Munculkan anak-anak yg pintar-pintar seperti Socrates,George Saa dan lain-lain ini untuk diskusi tentang Papua.”
“Ini sudah saya tonton sampe habis. Bapak juga nonton wawancara Oktovianus Mote itu kakakmu cerdas (kamu lebih cerdas).”
Nomor 5 ini komentar bapak guru saya waktu di Sekolah Dasar Negeri Tiom (sekarang: SD Inpres) terletak di ibu kota kabupaten Lanny Jaya. Guru saya orang Jawa Tengah.
6. A (8 November 2019)
“Terharu sekali membaca surat bapak… Maaf tanpa minta ijin saya sudah share…Kami terus mendoakan rakyat Papua.”
“Terima kasih pak Yoman, saya membaca dengan hati yang bergetar… Kami dapat merasakan sejak penambahan pasukan TNI & Polri, penangkapan, penganiayaan & pembunuhan tejadi di banyak tempat di West Papua….Ya Tuhan… Berikanlah kepada sdr/i ku West Papua kesempatan bebas menentukan nasib masa depan mereka yang terbaik. Agar anak cucu mereka dapat bersuka cita karena kekayaan tanah yang Engkau anugrahkan… Amiin…”
7. KM (25 Oktober 2019).
“Saya selalu ikuti bapa punya opini lewat buku, artikel, dan youtube. Sayang sekali, buku yang bapak tulis tidak semua dijual di toko buku. Saya ingin kasih ke anak-anak murid biar mereka baca juga.”
“Saya bisa merasakan ratapan dan jeritan hati bangsa West Papua melalui rangkaian kalimat yang ada dalam artikel bapak.”
“Tuhan dengar. Tuhan dengar. Tuhan Allah tidak tinggal diam.”
“Rata-rata yang dishare, mereka dapat banyak informasi baru dari bapak. Tidak banyak yang berkomentar lebih. Hanya memberikan beberapa emotion tanda terima kasih karena sudah baca banyak informasi penting yang bapak tulis dalam artikel itu.”
8. AP ( 31 Oktober 2019).
“Terima kasih sudah share surat terbuka tersebut, Pak Socratez. Sungguh berguna.”
“Terima kasih banyak untuk penjelasannya yang komprehensif. Saya perlu mendalami agar bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-teman saya di luar Papua di sini supaya ikuti perkembangan di Papua. Mohon info. Apakah program transmigrasi Pemerintah Pusat ke Papua masih terus berjalan? Ada info yang bilang sudah dihentikan. Ternyata masih berlanjut ya.”
“Mohon maaf sekali atas jatuhnya korban selama ini. Saya sedih dan malu sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. Saya (seperti juga mungkin Gus Dur dulu) sangat berharap masalah-masalah Papua bisa diselesaikan.”
“Saya pribadi memiliki pandangan bahwa orang Papua itu saudara saudari saya yang perlu dihormati dan tidak layak didiskriminasi dalam wujud apapun.”
“Orang-orang yg telah berlaku rasis dan mendiskriminasikan saudara saudari Papua harusnya merasa sangat berdosa dan malu melihat bahwa saudara saudari Papua yang sudah dihina ini malah membalas hinaan dengan dengan menyelamatkan ribuan warga pendatang, kebanyakan warga Muslim ketika pecah kerusuhan di Wamena. Terima kasih banyak untuk saudara saudari Papua dan mohon maaf sebesarnya atau tindakan rasis sebagian orang selama ini.”
9. PT ( 2 Januari 2019).
Kesan pribadi saya: Ndumma sebenarnya pribadi yng BAIK HATI. Selalu mau membantu orang termasuk bantu Indonesia dan TNI. Tetapi….. jika itikad baik Ndumma itu dimengerti salah oleh orang yang dibantu dan mereka “menyerang” Ndumma. Maka pada detik itu juga Ndumma berbalik “menyerang” mereka dengan MEMBONGKAR semua KEBENARAN dari awal sejarah Papua hingga detik ini utk selama-lamanyanya…..” Amin! “Luar biasa. Saya justru ditelepon banyak orag tentang artikel ini. Kesan positif. Karena sumber penulisannya sangat kuat dari berbagai literatur berbobot.”
Ini hanya sebagian kecil respon dari para pembaca buku, artikel, opini, fakta, realitas dan perspektif. Penulis juga mendapat inspirasi dari kutipan di bawah ini.
“Sukmatari, kau sudah melangkah. Jangan mundur. Tulis sebanyak-banyaknya tentang bangsamu. Bangsa tertindas yang selama berabad-abad membisu. Tulis, umumkan, jangan sampai tak melakukan perlawanan. Ingat gadis Jepara itu, ingat Mutatuli, ingat Hatta, ingat Suwardi Suryoningrat, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, semua menggoncangkan sendi-sendi pemerintah kolonial dengan tulisan. Ya, dengan TULISAN! Menulis dan menulis sangat berbeda, ada orang menulis untuk klangenan, ada orang menulis untuk memperjuangkan sesuatu. Dan semua patriot yang kusebut, mereka menulis untuk memperjuangkan asas. Menulis hanya sebuah cara! Tulis Sukma.Tulis semua yang kau ketahui mengenai bangsamu. Tulis semua gejolak perasaanmu tentang bumi sekitarmu. Karena dengan menulis kau belajar bicara. …” (Mayon Sutrisno: Arus Pusaran Sukarno, Roman Zaman Pergerakan: hal. 201).
“Meskipun kebohongan itu lari secepat kilat, satu waktu kebenaran itu akan mengalahkannya.”_ • In Memoriam Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahetapy.
Doa dan harapan saya, respons ini memberikan pencerahan dan penguatan kepada semua saudara dan sahabat untuk sadar, bangkit, bersatu dan menggugat Indonesia yang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa Papua Barat.
Terima kasih. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.
Ita Wakhu Purom, Sabtu, 21 Januari 2023
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3 Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC)
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
__________
NO HP/WA: 08124888458