Suara Kaum Awam Katolik Papua Minta Uskup Agung Merauke berpihak pada Masyarakat adat Wogikri dan Wanam

SORONG, PAPUASPIRITNEWS.com-Pernyataan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC yang mendukung penguasa dan perusahaan untuk meloloskan Program Strategis Nasional (PSN) di Kampung Wogikel dan Wanam, Merauke, Papua Selaatan telah tersebar luas di media sosial. Pernyataan tersebut sangat kontroversial, dan berujung pada pro kontra di Tanah Papua. Tetapi sampai saat ini Mandagi belum memberi klarifikasi.
Desakan muncul dari berbagai kalangan agar Mandagi segera melakukan klarifikasi agar dapat menenangkan suasana dalam hirarki Gereja Katolik di Tanah Papua, namun tidak dapat mequbrisnya. Lantas mengapa Mandagi tidak mau melakukan klarifikasi? Apakah karena sikap demikian membenarkan keberpihakannya terhadap penguasa dan perusahaan?
“Bagi masyarakat adat juga umat Katolik di Kampung Wogikel dan Wanam, Merauke, Papua Selatan merasa dirugikan dengan pernyataan Uskup ini. Selama ini umat Katolik sangat menghomati para klerus, apalagi seorang Uskup. Namun pernyataan, bahkan sikap dan keberpihakan uskup yang pro pada penguasa dan pengusaha ini memberikan citra baru pasca gereja berada di tengah-tengah umat
selama 118 tahun”,terang Kaum Awam Katolik Papua dalam siaran pers yang diterima papuaspiritnews.com Senin, (13/10/2024).
Selama ini, umat Keuskupan Agung Merauke hidup dalam tekanan yang luar biasa, terutama dari sejumlah perusahaan yang menekan habis-habisan terhadap ruang gerak dan sumber-sumber kehidupan.
Umat berharap agar gereja hadir, setidaknya dapat menjaga keseimbangan hidup. Namun kehadiran Mandagi yang rentan pro pada orang yang berkuasa dan kaya, menambah kekhawatiran pada nasib dan masa depan umat pribumi. Keberpihakan Uskup terhadap orang yang lemah, miskin, teraniaya, tersingkir dan termarginalkan tetapi pernyatan Uskup Mandagi menambah daftar kecemasan baru dan besar setelah kepergian para misionaris Katolik di Keuskupan Agung ini.
“Situasi ini membuat banyak umat makin tidak percaya pada gereja Katolik di Keuskupan Agung Merauke. Umat Katolik disini tidak bisa berdaya karena pengaruh kelrikalisme sangat kental dalam postur gereja Katolik disini. Umat takut menegur kepada klerus walaupun sudah tahu ada kesalahan fatal sekalipun. Ruang kebisuan bagi umat setempat dibangun sedemikian rupah, agar dapat mengikutinya secara mulus atas nama ketaatan pada atasan gereja. Ini sangat membahayakan dan serius dengan melihat kegelisahan di samping kebisuan panjang yang diciptakan sedemikian rupa, agar umat setempat tetap memilih “diam seribu bahasa’ atas nama Tuhan, agama, klerus, kekuasaan dan otoriter”,katanya dalam siaran pers.
Untuk itu, sebagai sesama umat manusia merasa tergerak hati untuk melakukan aksi protes terhadap pernyataan, sikap, dan keberpiihakan Uskup Agung Merauke yang kontroversial itu pada Minggu, 13 Oktober 2024, pada pukul 10-30-11.00 Wit.
“Kami melakukan aksi damai secara spontan di halaman Gereja Katolik, Paroki “Kritus Terang Dunia” Waena, Kota Jayapura, Papua. Aksi ini bertujuan melakukan protes terhadap Uskup Agung Merauke yang lebih mendukung Program Strategis Nasional (PSN). Sebaliknya mendukung penuh masyarakat adat dan juga umat Katolik di Keuskupan Agung Meraauke”,harapnya.
Hal itu dijelasaknya, aksi ini merupakan aksi kedua untuk memprotes pernyataan Uskup yang
kontroversial. Tentu aksi damai ini dilakukan setelah misa kedua di paroki ini. Setidaknya hampir sepuluh orang terlibat guna melayangkan protes tanpa melihat perbedaan otonomi gereja dan daerah.
Semata-mata dilakukan atas panggilan otonomi hati nurani yang dituntun langsung dengan nilai kemanusiaan yang melampaui dengan sekat-sekat apapun. Aksi macam ini akan tetap dilakukan setiap hari minggu. Bisa berhenti apabila Uskup Mandagi dapat melakukan klarifikasi secara resmi di media masa.
“Kalau tidak, kami akan terus bersuara dimana-mana; saat ini sedang melakukan konsolidasi agar setiap gereja di Tanah Papua dan luar Papua melakukan aksi protes yang sama pada setiap hari minggu.
Harapannya adalah gereja mampu menjadikan suka duka umat di kampung Wogikel dan Wanam sebagai suka duka gereja Katolik”,pintanya.
Uskup Mandagi hendaknya berani mengambil sikap rendah hati agar mampu menjadikan harapan dan kecemasan umat menjadi harapan dan kecemasan dirinya sebagai pimpinan gereja Katolik di Keuskupan Agung Merauke. [red]