Tujuh Musuh Terbesar Bagi Bangsa Kolonial Indonesia Di Papua
Jayapura, papuaspiritnews Gembala DR. A.G. Socratez Yoman Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua mengatakan ada tujuh kekuatan yang menjadi ketakutan terbesar bagi bangsa kolonial Indonesia di Tanah Papua, yaitu:
(1) bangsa kolonial sangat takut kepada orang-orang terdidik, terpelajar atau orang-orang berilmu dari kalangan terjajah Penduduk Orang Asli Papua (POAP); (2) bangsa kolonial sangat takut pada saat ada kesadaran bangsa terjajah PAOP;
(3) bangsa kolonial sangat takut pada saat ada persatuan bangsa terjajah POAP;
(4) bangsa kolonial sangat takut pada saat bangsa terjajah mengerti dan berdiri pada sejarahnya POAP sendiri;
(5) bangsa kolonial sangat takut pada saat ada pemimpin dari bangsa terjajah POAP yang berdiri kokoh, kuat dan konsisten dalam keyakinan iman, ideologi dan nasionalismenya;
(6) bangsa kolonial sangat takut pada saat ada pemimpin dari bangsa terjajah POAP yang dipercaya dan mendapat dukungan rakyat yang kuat dan solid untuk mewujudkan cita-cita bersama;
(7) bangsa kolonial sangat takut pada saat ada solidaritas atas nama kemanusiaan dan kesamaan derajat dan keadilan untuk perdamaian dari berbagai suku, bangsa dan agama.
“Jadi, tujuh kekuatan ini selalu melahirkan ideologi dan nasionalisme sebuah bangsa yang teguh, kuat, dan kokoh. Dalam ideologi dan nasionalisme lahir juga beberapa sikap bangsa terjajah dan tertindas POAP seperti
(1) Ada kebangkitan (awakening) dari rakyat tertindas POAP;
(2) Hilangnya kepercayaan atau ketidakpercayaan POAP terhadap bangsa penguasa atau kolonial (lost trust atau distrust)
(3) Ketidakpatuhan (disobedience) POAP terhadap penguasa kolonial dan semua produk hukum dan undang-undangnya;
(4) Penolakan (Rejection) POAP terhadap otoritas bangsa kolonial di Tanah Papua;
(5) Perlawanan (Resistance) POAP terhadap kekuasaan kolonial dengan berbebagai bentuk perlawanan”,ujar Socratez S Yoma dalam keterangannya yang diterima PSN Minggu, (14/11/2022)
Dirinya berharap doa dan harapan saya, bahwa tulisan saya selama ini membuka perspektif baru bagi para pembaca tentang status politik Papua dalam wilayah Indonesia.
Editor: (Redaksi)